Panggung Ketoprak Babad Banyumas

April 4, 2022 ·

Pentalogi novel “Penangsang”karya NasSirun PurwOkartun yang ditulis seperti membalik kisah “Babad Tanah Jawi”. Karena dalam karyanya, Jaka Tingkir yang selama ini menjadi tokoh protagonis justru menjadi tokoh antagonis. Sementara sosok Haryo Penangsang yang sekian lama digambarkan ‘brangasan; justru menjadi tokoh santri yang santun.

Saya menulis novel panjang Penangsang bermula dari kenangan masa kecil. Ketika kelas 4 SD setiap malam melihat pentas ketoprak tobong di desa saya.

Dari panggung ketoprak itulah saya mengenal sosok Penangsang, berikut kisah yang membelitnya, terutama perseteruannya dengan Joko Tingkir.

Tidak disangka, penasaran yang dibawa dari masa kecil itu kemudian melahirkan novel sepanjang lima jilid. Lima novel setebal bantal, karena setiap jilidnya 600-800 halaman. Bahkan tidak terasa juga, ternyata proses mencari jawaban atas penasaran masa kecil itu juga memakan waktu yang cukup lama, hampir 20 tahun.

Sejak 2001 saya sudah mengumpulkan bahan untuk novel saya. Namun baru mulai ditulis pada akhir 2008.

Kemudian, untuk terbit membutuhkan waktu juga. Buku pertama “Tembang Rindu Dendam” terbit tahun 2010. Buku kedua “Kidung Takhta Asmara” terbit tahun 2011. Buku ketiga “Tarian Rembulan Luka” terbit tahun 2013. Buku keempat “Lukisan Sembilan Cahaya” terbit tahun 2015. Dan buku kelima “Sabda Kasih Sayang” terbit tahun 2019.

Maka, bila dihitung sejak 2001 ketika pertama mengumpulkan bahan, sampai tahun 2019 ketika novel terakhir terbit, saya membersamai Penangsang 18 tahun lamanya.

Sekarang pun ternyata sama. Saya sudah berburu Babad Banyumas selama 5 tahun. Sejak saya tahun 2014 sampai tahun 2019.

Saya selalu teringat adegan kisah tragis Sabtu Pahing yang saya tonton dari panggung ketoprak tobong. Kisah tentang Adipati Wirasaba, Warga Utama I, yang dijatuhi hukuman mati oleh Sultan Pajang, Joko Tingkir.

Hukuman mati yang kemudian dibatalkan kembali, setelah menyadari keputusannya yang salah. Namun, sang utusan sudah terlanjur membunuh sang adipati, sebelum utusan pembatalan mencegahnya.

Penangsang, dalam panggung ketoprak, digambarkan terbunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Adipati Wirasaba, dalam panggung ketoprak yang sama, dikisahkan terbunuh oleh utusan Joko Tingkir.

Makam Penangsang yang diyakini orang Jawa berada di makam Kadilangu, satu kompleks dengan makam Sunan Kalijaga. Sementara dalam penelusuran NasSirun PurwOkartun, Penangsang tidak mati di Jawa, tidak dibunuh oleh Sutawijaya, melainkan meninggal di Palembang pada usia 99 tahun. Dan, menurut keturunan Penangsang, makamnya berada di Indralaya.

Jadi, antara Penangsang dan Babad Banyumas masih berpusar di wilayah yang sama. Berkisar pada masa yang sama, ketika Joko Tingkir berkuasa sebagai Sultan Pajang. Kekuasaan yang direbut dari pewaris takhta Demak yang syah, yakni Penangsang.

Bahkan, waktu untuk mencarinya pun berpusar di kisaran yang sama. Saya mencari Babad Banyumas sampai 5 tahun lamanya. Sebuah hitungan waktu yang hampir sama dengan ketika mengumpulkan bahan untuk menulis novel Penangsang.

Maka, beralihnya konsentrasi saya dari Penangsang ke Babad Banyumas, bukanlah sebuah lompatan beda arah. Melainkan hanya melanjutkan penasaran yang sama. Sebuah penasaran yang saya bawa dari masa kecil.

Dalam panggung ketoprak, juga dalam panggung sejarah, Penangsang adalah sosok yang dikehendaki kematiannya oleh Joko Tingkir.

Situs Gedong Ageng Jipang yang dipercaya sebagai pusat pemerintahan Kadipaten Jipang pada masa Haryo Penangsang. Selain itu, di desa Jipang, Cepu, Blora, juga masih ditemukan sebuah kanal raksasa yang dulu dikenal dengan ‘Bengawan Sore’. Sebuah sungai buatan yang menjadi benteng air Kadipaten Jipang.

Adipati Wirasaba pun demikian. Menjadi tokoh yang sial, yang menjadi sasaran kemarahan Joko Tingkir yang terburu-buru dalam menjatuhkan hukuman mati.

Jadi, beralihnya konsentrasi saya dari kisah pertentangan Jipang dan Pajang pada masa Penangsang, kemudian berbelok ke kisah hubungan Wirasaba dan Pajang, sesungguhnya masih satu panggung sejarah. Atau tepatnya masih satu panggung ketoprak pada masa kecil saya.

Kategori:Wacanan
SEUWISE

Babad Banyumas Daftar Pustaka

Sewaktu masih di Solo saya asyik membaca Babad Tanah Jawi. Karena penulisan novel pentalogi Penangsang pijakannya adalah Babad Tanah Jawi. Hanya saja saya balikkan penceritaannya dengan data yang saya dapatkan dari keluarga Penangsang, ditambah penafsiran saya atas bacaan naskah-naskah lama.…
WACA
SEDURUNGE

Lambaian Tangan Yang Menyebabkan Kematian

Kisah tragis Sabtu Pahing di Bale Malang menjadi cerita awal mula ketertarikan saya pada Babad Banyumas. Cerita berdarah itulah yang menjadi sebab berdirinya Banyumas. Dari panggung ketoprak saya pertama mengetahuinya. Dikisahkan Sultan Pajang, Joko Tingkir, meminta pada adipati bawahannya mengirimkan…
WACA
LIYANE

Wirasaba, Awal Mula Banyumas

Awal mula Kabupaten Banyumas berasal dari sebuah kadipaten bernama Wirasaba. Pendiri Wirasaba adalah Raden Paguwan yang kemudian bergelar Adipati Wira Hudaya. Anak cucunya bergantian menjadi Adipati Wirasaba. Buku cerita ini mengisahkan semua hal itu. Termasuk dua tokoh yang menjadi leluhur…
WACA
LIYANE

Asal Mula Kyai Macan Guguh dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan tentang asal mula keris pusaka Banyumas, Kanjeng Kyai Gajahendra, Babad Banyumas kemudian menceritakan tentang asal mula pusaka Kanjeng Kyai Macanguguh. Keris pusaka dinamakan Gajahendra karena bermula dari peristiwa terbunuhnya garuda Endra oleh Patih Gajahmada. Lantas penamaan pusaka Macan…
WACA
LIYANE

Pelarian Raden Baribin ke Pajajaran Dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan tentang siapa sosok Raden Putra atau Raden Baribin, “Serat Babad Banyumas” kemudian menceritakan tentang pelariannya. Bahwa setelah diusir dari Majapahit oleh kakaknya, Raja Majapahit Prabu Ardiwijaya, Raden Baribin pun keluar dari kerajaan, meninggalkan keluarganya. Perjalanan itu melewati tempat-tempat…
WACA
LIYANE

Dimana Wirasaba?

Nama Wirasaba sudah saya dengar sejak belia. Sejak pertama menyaksikan ketoprak tobong dengan lakon “Geger Wirasaba” yang dilanjut “Jaka Kaiman Winisuda”. Dulu, dua lakon itu digelar bergantian di balai desa kampungku. Hari pertama “Geger Wirasaba” yang mengisahkan kematian Adipati Wirasaba,…
WACA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Babad Banyumas - Rujukan Utama Sejarah Banyumas.