Babad Banyumas bukan hanya kumpulan kisah. Bagi NasSirun PurwOkartun, budayawan Banyumas, Babad Banyumas juga sehimpun hikmah.
Bila naskah Babad Banyumas dipahami sebagai kumpulan kisah, maka yang didapat pembaca hanya cerita-cerita saja. Namun apabila dimaknai sebagai himpunan hikmah, maka pembaca mendapatkan banyak pencerahan setelah membaca kisahnya.
Dengan pandangan itulah, NasSirun PurwOkartun kemudian menyusun “Serial Babad Banyumas”. Sebuah karya berupa 50 judul buku bacaan untuk seluruh lapisan usia, dari belia sampai manula.
Pemimpin Rumah Budaya “Bale Pustaka” itu ingin menjadikan Babad Banyumas sebagai bacaan masyarakat Banyumas. Namun, yang lebih penting lagi adalah agar bisa menjadi bacaan generasi muda, terutama anak-anak usia sekolah.
Kang Nass, begitu nama sapaannya, menginginkan kisah Babad Banyumas bisa menjadi buku bacaan yang tersedia di seluruh perpustakaan sekolah di Banyumas. Hingga pewarisan kisah yang dulu dilakukan orang-orang tua dengan menjadikannya dongeng sebelum tidur, sekarang dilakukan lagi di sekolah-sekolah.
Bedanya, kalau jaman dulu didongengkan langsung oleh kakek nenek dan aya ibunya, sekarang diceritakan kembali dalam bentuk buku-buku bacaan.
NasSirun PurwOkartun kemudian menulis dan menerbitkan “Serial Bacaan Babad Banyumas” yang diperuntukkan bagi siswa-siswa di sekolah, sejak usia TK, SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi.
“Serial Bacaan” disusun karena menurutnya buku Babad Banyumas terjemahannya, belum bisa masuk ke perpustakaan sekolah-sekolah. “Serial Rujukan” yang dilaunching pada hari jadi Banyumas ke 450 tahun lalu, 2021, belum bisa menjadi bacaan siswa. Karena ukurannya yang besar dan halaman yang tebal, serta bahasa terjemahan yang memang ditujukan untuk pembaca dewasa.
Maka, untuk lebih membumikan “Babad Banyumas” disusunlah “Serial Bacaan Babad Banyumas”. Buku-buku bacaan yang dibahasakan sesuai dengan jenjang usia pembacanya, dari siswa TK sampai mahasiswa.
Untuk siswa PAUD dikemas menjadi buku cerita sekaligus buku aktivitas menggunting dan mewarnai. Teks naskahnya pendek-pendek. Hanyan satu dua kalimat. Dengan huruf besar dan ilustrasi sepenuh halaman.
Selain itu ada juga buku untuk para guru atau orang tua sebagai bekal mendongeng. Berikut dengan peraga wayang dongeng agar mendongeng semakin mengasyikkan.
Untuk siswa SD kelas 1 sampai 3, dikemas menjadi buku cergam atau cerita bergambar. Ada ceritanya, ada gambarnya. Halaman kiri menjadi halaman ilustrasi dan halaman kanan ceritanya. Teks ditulis dalam tiga bahasa: Bahasa Indonesia, Bahasa Banyumasan, dan Bahasa Inggris.
Untuk siswa SD kelas 4 sampai 6, bentuknya bukan lagi cergam, melainkan buku cerita. Ada 4 buku dengan pengisahan sejak awal mula Banyumas, awal mula keris pusaka Banyumas, awal mula berdirinya Banyumas, dan kisah pendiri Banyumas.
Untuk siswa SMP, naskah Babad Banyumas dialihbahasakan dengan penuturan kisah yang menyentuh perasaan dan pemikiran. Ada 4 buku dengan pengisahan yang temanya sama dengan bacaan untuk kelas 4 sampai 6 SD, namun dengan penceritaan yang lebih dalam.
Untuk siswa SMA, naskah Babad Banyumas dikisahkan seutuhnya, tidak lagi potongan seperti cerita untuk siswa PAUD, SD, atau SMP. Bacaanya dikemas menjadi semacam Babad Banyumas untuk remaja. Terdiri dari du buku, “Cerita Rakyat Banyumas” dan “Kisah Sejarah Banyumas”.
Sementara untuk mahasiswa, ada 3 buku yang menjadi bacaan mereka. Buku yang pertama, adalah “Terjemah Naskah Babad Banyumas Mertadiredjan”, buku kedua adalah “Terjemah Naskah Babad Banyumas Wirjaatmadjan”, dan buku gabungannya adalah “Sejarah Banyumas”. Tiga buku yang merupakan terjemahan Bahasa Indonesia dari naskah asli yang berbahasa Jawa.
Dengan menjadikan Babad Banyumas sebagai serial bacaan, NasSirun PurwOkartun berharap, pembaca tidak hanya membaca cerita, namun bisa mengeja maknanya. Dengan mengenalkan kisah-kisah para leluhur Banyumas, mereka bisa mendapat gambaran tentang sifat dan karakter masing-masing tokohnya.
Misal, tentang Raden Baribin yang pantang menyerah dan selalu berbaik sangka. Menerima keputusan dengan jiwa terbuka, namun tetap tegak pantang menyerah. Hingga kemuliaan kehidupan pun didapatkannya.
Atau tentang Raden Katuhu yang sejak muda telah berani hidup mandiri. Tidak tergantung pada kebesaran nama orang tuanya. Menentukan masa depan sendiri, merancang cita-cita, dan menyusun langkah untuk meraihnya. Hingga kesuksesan pun didapat dari kerja kerasnya.
Atau teladan dari Raden Jaka Kaiman, sang pendiri Banyumas. Anak muda yang berani mengambil keputusan tepat dan cepat di saat yang sulit. Sekaligus sikap berani mengambil resiko dari keputusannya. Juga tentang sifat filantropi yang demikian mulia, rela membagi wilayah kekuasaannya, hingga dikenal sebagai Adipati Mrapat.
Karakter luhur dari para leluhur Banyumas itulah yang diharapkan bisa menjadi teladan generasi muda Banyumas.
Sejak kecil mereka mengetahui kisahnya, mengenal namanya, dan tertarik meniru karakternya. Agar Babad Banyumas bukan sekadar sebagai bacaan, namun menjadi bahan pembentukan karakter khas manusia Banyumas. Karakter berbudi mulia yang ditiru dari para pendahulunya.
Pada hari jadi Kabupaten Banyumas yang ke 451 pada tanggal 22 Pebruari 2022, 22 buku “Serial Bacaan Babad Banyumas” diluncurkan NasSirun PurwOkartun. Dengan angka cantik “22.2.22” sebagai tema acara, diundang 22 remaja untuk membedahnya, dengan durasi waktu sepanjang 2 jam 22 menit.
Dengan diluncurkannya serial bacaan itu, semoga generasi muda makin kenal Babad Banyumas. Makin kenal dengan leluhurnya dan menjadikannya teladan sifat dan sikap. Hingga lahirlah generasi Banyumas yang berkarakter khas Banyumas.