
Setahu saya, pengarang sangat menghindari pengulangan kata dalam setiap kalimat yang ditulisnya. Juga sangat menghindari pengulangan kalimat dalam paragraf yang dituliskan dalam satu alineanya. Apalagi para pujangga, penulis tembang Jawa, para pengarang jaman dulu yang harus tunduk pada aturan lagu macapat. Taat pada guru gatra, guru wilangan dan guru lagu-nya. Patuh pada jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata tiap baris, dan akhir kalimat dengan vokal pasti. Maka, ketika saya membaca buku salinan Tedakan Serat Babad Banyumas yang diberi judul… Rampungna.