Babad Banyumas Kedua

June 20, 2022 ·

“Tedhakkan Serat Babad Banyumas” atau “Salinan Naskah Babad Banyumas” karya Raden Natahamijaya yang ditulis dari naskah asli “Serat Babad Banyumas Mertadiredjan”.

Setelah memiliki Babad Banyumas pertama saya kemudian menemukan yang kedua.

Suatu hari saya melihat buku Babad Banyumas dijual di lapak online Facebook. Saya pun langsung berbinar ingin membelinya.

Namun sial adalah kurang beruntung, atau keberuntungan yang tidak beruntung, karena ternyata buku itu sudah terjual. Sudah dibeli orang. Saya terlambat melihat.

Namun dengan nafsu ingin memiliki, saya kirim pesan mesenger ke penjualnya. Intinya merayu agar disampaikan pada yang sudah membelinya, bahwa saya butuh banget buku itu, biar mengijinkan saya yang membelinya.

Penjual akomodatif. Saya disambungkan dengan sang pembeli. Saya pun menghubungi dan menyampaikan keinginan itu. Tapi tetap saya tidak bisa memiliki buku tersebut. Karena yang beli ternyata juga kolektor babad.

Akhirnya, karena tidak bisa mendapatkan, saya minta tolong lagi pada penjualnya untuk mengkopinya. Bagiku waktu itu, yang penting punya naskah Babad Banyumas. Tiada akar rotanpun jadi, tak dapat aslinya, kopian pun boleh lah.

Meski hanya kopian lagi buku yang saya dapatkan, tapi saya cukup bahagia. Karena setelah hampir lima tahun mencarinya, akhirnya saya mempunyai dua naskahnya.

Dari pengantar buku itu kemudian saya tahu bahwa buku itu adalah hasil pelatinan dari naskah Babad Banyumas Mertadiredjan yang aslinya berhuruf Jawa. Babad yang konon ditulis pada masa pemerintahan Bupati Wedana Kanoman Banyumas, Adipati Mertadiredja I. Naskah yang kemudian dikenal pada masa Adipati Mertadiredja III menjadi Bupati Banyumas. Karena pada masa akhir pemerintahannya pernah disalin oleh Carik Jaksa Magetan, Raden Natahamijaya, menjadi naskah ‘Tedakan Serat Babad Banyumas’ yang kemudian disimpan di Museum Batavia.

Maka, seperti anak kecil yang kembali mendapat mainan idaman, saya pun larut dalam buku itu. Berhari-hari asyik membaca tembang-tembang Jawa yang menjadi bentuk penuturannya.

Buku “Babad Banyumas” setelah dilatinkan oleh Solechan dan diberi terjemah secara garis besar oleh Syamsoe Pujamartaya dari naskah “Tedhakkan Serat Babad Banyumas” salinan Raden Natahamijaya.

Saya hitung, jumlahnya sepanjang 617 bait tembang macapat yang terdiri dari 23 pupuh. Pupuh pertama adalah dandanggula, kemudian bergantian antara sinom, asmarandana, maksumambang, kinanti, durma, mijil, pangkur, pucung, gambuh , hingga megatruh, dan kembali ditutup dengan dandanggula.

Sementara kisahnya dimulai dari para penguasa di Tanah Jawa, bermula dari anak Nabi Adam, Sang Hyang Esis, lalu berlanjut ke raja-raja Jenggala hingga Majapahit, kemudian silsilah Kerajaan Pajajaran. Kisah silsilah yang seolah menjadi pengantar bahwa leluhur bangsawan Banyumas adalah keturunan Majapahit dan Pajajaran yang sampai ke Nabi Adam.

Kisah berikutnya adalah cikal bakal leluhur Banyumas, yakni Raden Baribin. Adik Raja Majapahit yang diusir dari kerjaan karena dianggap akan menggulingkan kekuasaan sang kakak. Akhirnya sang adik menyelamatkan diri keluar dari Majapahit. Berlari ke barat, melewati Kaleng, Ngayah, Kejawar, Pasirluhur, hingga sampailah di Pajajaran. Kemudian oleh Raja Pajajaran diberi kedudukan, dan dinikahkan dengan putri bungsunya.

Dari perkawinan itu melahirkan empat orang anak. Anak yang sulung bernama Raden Katuhu. Setelah dewasa mengembara ke arah timur. Awalnya mengabdi di Kadipaten Wirasaba. Kemudian diangkat menjadi menantu, lalu menjadi Adipati Wirasaba.

Setelah dewasa, ketiga adiknya pun kemudian menyusul sang kakak. Anak kedua, Banyak Sasra, kemudian menetap di Pasirluhur. Anak ketiga, Banyak Kumara, menetap di Kaleng, menjadi Adipati Kaleng. Anak keempat, Rara Ngaisah, menetap di Kejawar.

Ketiga tempat itu adalah tempat-tempat yang dulu dilewati ayah mereka, Raden Baribin, ketika melarikan diri dari Majapahit ke Pajajaran.

Kisah pun berlanjut dengan pergantian kekuasaan di Jawa. Kisah yang awalnya bermula dari kekuasaan Majapahit, bergeser ke Demak, lalu ke Pajang, kemudian Mataram. Berikut cerita masuk islamnya Adipati Wirasaba dan Kadipaten Wirasaba yang menyatakan diri sebagai kadipaten yang berlandaskan hukum Islam. Kekuasaan berlanjut sampai dengan Mataram dibagi menjadi dua, Keraton Solo dan Jogja. Kadipaten Banyumas masuk wilayah Keraton Solo.

Buku “Serat Babad Banyumas” terjemahan NasSirun PurwOkartun dengan latar kopian naskah asli “Serat Babad Banyumas” dan naskah asli “Tedhakkan Serat Babad Banyumas”

Kisah berikutnya adalah tentang tragedi Sabtu Pahing yang menjadi ingatan masyarakat Banyumas selama ratusan tahun. Kisah kematian Adipati Wirasaba di Bale Malang karena kesalahpahaman Sultan Pajang, Joko Tingkir. Kisah yang menjadi awal mula berdirinya Kabupaten Banyumas. Pada bagian akhir, Babad Banyumas menuliskan tentang urutan adipati Banyumas. Berikut seluruh keturunannya secara terperinci. Babad ditutup dengan kisah Adipati Banyumas yang dilengserkan oleh Keraton Solo.

Saking penasarannya dengan seluruh kisah itu, hampir enam bulan saya bergulat dengannya. Membaca kata per kata, kalimat per kalimat dalam susunan 617 bait tembang itu. Saya baca, saya pahami, kemudian saya terjemahkan.

Maka sebenarnya agak aneh, saya pertama mendapatkan buku Babad Banyumas Wirjaatmadjan, namun yang saya terjemahkan justru Babad Banyumas Mertadiredjan. Bukan babad pertama, melainkan babad kedua.

Kategori:Wacanan
SEUWISE

Kesalahan Salinan Babad Banyumas

Bahagia saya tidak terkira. Babad Banyumas sudah punya dua naskahnya. Walau hanya kopiannya saja. Meski hanya edisi latin Jawanya saja, bukan yang edisi asli yang huruf Jawa. Saya merasa bangga mendapat buku Babad Banyumas salinan, ‘Tedakan Serat Babad Banyumas Natahamijaya’.…
WACA
SEDURUNGE

Babad Banyumas Pertama

Waktu itu saya mau menggelar acara pelatihan guru ngaji. Sebuah acara rutin dari Bale Cahaya, lembaga pembelajaran quran yang saya dirikan bersama Bale Pustaka. Biar tidak repot mikir menyiapkan makan, kami cari rumah makan sebagai tempat pelatihan. Akhirnya ditentukanlah tempatnya.…
WACA
LIYANE

Pemburu Pertama Babad Banyumas

Wawancara Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M.Hum, 27 Tahun Berburu Babad Banyumas. Sepanjang berburu Babad Banyumas, saya tidak menemukan sosok lain yang menaruh perhatian penuh pada Babad Banyumas, selain Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M. Hum. Maka, sejak pertama mengenal namanya pada…
WACA
LIYANE

Babad Banyumas Mertadiredjan

“Serat Babad Banyumas Mertadiredjan” adalah salah satu versi naskah Babad Banyumas. Disebut “Babad Banyumas Mertadiredjan” karena naskah aslinya milik Adipati Mertadiredja I, Wedana Bupati Kanoman Banyumas, yang kemungkinan ditulis pada masa pemerintahannya, kisaran tahun 1816 sampai 1824. Naskah itu kemudian…
WACA
LIYANE

Kesultanan Demak dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan tentang asal mula pusaka Macan Guguh, Babad Banyumas kemudian menceritakan tentang Kesultanan Demak. Tentu kaitannya dengan Kadipaten Wirasaba. Kadipaten Wirasaba yang sebelumnya menjadi bawahan Majapahit, kemudian beralih menjadi bawahan Kesultanan Demak. Apa yang terjadi dengan Wirasaba menjadi bawahan…
WACA
LIYANE

Babad Pasirluhur dan Lahirnya Kota Purwokerto

Awalnya saya sudah menjaga diri untuk tidak tertarik membaca Babad Pasir. Karena saya orangnya gampang penasaran. Repotnya, kalau sudah penasaran maka sulit untuk tidak menelisik lebih jauh demi mencari jawaban. Dulu, tahun 2000, ketika saya masih di Solo, saya tertarik…
WACA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Babad Banyumas - Rujukan Utama Sejarah Banyumas.