Kesaktian Raden Katuhu dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

May 5, 2022 ·

Makam Raden Katuhu yang berada di makam para Adipati Wirasaba, di desa Wirasaba, kecamatan Bukateja, kabupaten Purbalingga.

Setelah mengisahkan tentang siapa sosok Raden Baribin, “Serat Babad Banyumas” kemudian menceritakan tentang anak-anaknya.

Bahwa dari pernikahannya dengan adik raja Pajajaran Prabu Silih Wangi yang bernama Ratna Pamekas, Raden Baribin mempunyai empat orang anak.

Anak yang pertama bernama Raden Katuhu. Anak yang kedua bernama Raden Banyak Sasra. Anak yang ketiga bernama Raden Banyak Kumara. Anak yang keempat bernama Rara Ngaisah.

Dalam “Serat Babad Banyumas” nama Raden Katuhu disebut dengan Kaduhu. Bukan mengggunakan huruf Jawa “ta”, melaikan “da”. Namun, karena dalam naskah Babad Banyumas yang lain disebut Raden Katuhu, maka saya samakan sebutannya.

Sementara, untuk anak keempat tidak disebutkan namanya. Namun, karena dalam naskah Babad Banyumas yang lain disebut sebagai Rara Ngaisah, maka saya juga samakan sebutannya.

Kelak, Rara Ngaisah inilah yang mengasuh sang pendiri Kabupaten Banyumas, Raden Jaka Kaiman, setelah menikah dengan Kyai Mranggi. Waktu itu, Rara Ngaisah lebih dikenal dengan sebutan Nyai Mranggi.

Dalam pengenalan anak-anaknya, “Serat Babad Banyumas” terlebih dahulu menceritakan anak pertama Raden Baribin, yaitu Raden Katuhu. Sosok yang kemudian mengembara ke Kadipaten Wirasaba.

Dalam mengenalkan ketokohan Raden Katuhu, “Serat Babad Banyumas” mengisahkan tentang kesaktiannya. Kesaktian yang kemudian mengantarkan jalan menuju takhta Wirasaba. Jalan pertama, menjadi anak angkat Adipati Wirasaba. Jalan kedua, menjadi pengganti sang ayah angkat, menjadi Adipati Wirasaba juga.

Nah, kesaktian apa yang dimiliki Raden Katuhu?

Selengkapnya, silahkan baca tulis terjemahan saya atas naskah “Serat Babad Banyumas Mertadiredjan” di bawah ini.

Sengaja tidak saya sertakan naskah asli dalam bahasa Jawanya. Agar pembaca lebih bisa menikmati Babad Banyumas sebagai buku bacaan.

Selamat membaca.

Kesaktian Raden Kaduhu

Pada nisan di makamnya tertulis Raden Katuhu adalah Adipati Wirasaba ke-2 dengan gelar Wira Utama I. Namun, dalam naskah “Serat Babad Banyumas” Raden Katuhu adalah Adipati Wirasaba ke-4 dengan gelar Marga Utama.

Dikisahkan Raden Baribin sudah punya anak. Empat jumlah anaknya. Anak yang bungsu perempuan, anak yang tiga lelaki, semua bagus parasnya.

Anak yang pertama Raden Katuhu namanya. Anak yang kedua bernama Raden Banyak Sasra. Adiknya lagi Raden Banyak Kumara. Anak yang perempuan masih menyusu, tidak disebut namanya.

Ketika Raden Katuhu menginjak dewasa, sudah memikirkan masa depannya. Waktu itu berpamitan pada ayah dan ibunya. Sudah ditahan, tapi tetap menolak. Raden Jaka Katuhu tetap memilih pergi.

Berjalan terlunta-lunta, hingga sampailah di Kadipaten Wirasaba. Desa Buwara yang ditujunya. Menumpang hidup pada Ki Ageng Buwara

Ki Ageng Buwara punya ladang yang luas. Maka setiap harinya Raden Katuhu diajaknya ke ladang, membantu menebang kayu bakar.

Sore harinya Raden Katuhu diajak pulang, namun selalu mempersilahkan Ki Ageng duluan. “Saya biar belakangan saja,” selalu katanya.

Ki Ageng Buwara pura-pura pulang, lalu bersembunyi. Niatnya hendak mengintai sang anak angkat. Apa yang akan diperbuatnya. Mengapa setiap kali diajak pulang selalu menolak dan pulang belakangan.

Tak berapa lama kemudian terlihat Raden Katuhu sedang membakar unggunan kayu. Api pun berkobar menyala-nyala. Raden Katuhu masuk ke dalamnya.

Buku Serial Bacaan Anak Babad Banyumas karya NasSirun PurwOkartun yang mengisahkan tentang sosok Raden Katuhu. Sebagai bacaan anak TK/PAUD, sosok leluhur dinasti Banyumas itu dikenalkan sebagai Sang Pendekar.

Terkejut Ki Ageng Buwara melihat semua yang dilakukan anaknya. Yang tengah masuk kobaran api menyala. Hatinya cemas gelisah kawatir dibuatnya.

Setelah lama menyala api pun padam. Raden Katuhu kemudian keluar. Wajahnya bersinar bagaikan dewa Ki Ageng Buwara lari pulang ke rumahnya.

Berkata gugup Ki Ageng Buwara pada sang istri, “Rubiyah, kemarilah. Kamu saya beri tahu. Anakmu baru masuk koraran api. Namun setelah apinya padam, wajah anakmu terang bercahaya. Cerah bagaikan matahari terbit. Seperti penjelmaan para dewa!”

Nyai Ageng Buwara kaget mendengarnya. Cemas hati dibuatnya.

“Kalau memang begitu adanya, Kyai. Baiknya dilaporkan ke Sang Adipati saja!”
.
“Wahai Rubiyah, nanti dulu, sabar sebentar. Kita menata nafas dulu. Wakunya tanggung, sudah malam. Lebih baik besok siang saja!”

Demikianlah, ketika padi datang, Ki Ageng Buwara berangkat menghadap ke Kadipaten Wirasaba. Adipati Wirasaba sedang duduk di singgasana. Ki Ageng Buwara menghadap dan melaporkan.

Berkatalah ia kepada sang adipati, “Saya memiliki seorang anak laki-laki. Anak pungut yang mengembara. Dia punya kemampuan bisa masuk dalam api. Api yang menyala berkobar-kobar. Setelah api padam dia keluar, tak ada gosong, malah terlihat bercahaya.”

Mendengar hal itu gembiralah sang adipati. Kemudian berkata pelan, “Wahai, Kyai, panggillah dia segera. Saya ingin bertanya padanya.”

Prajurit pun diperintahkan menjemputnya. Hingga sampailah di desa Buwara. Bertemu dengan Raden Katuhu. Diminta menghadap adipati.

Raden Katuhu segera berangkat. Tak lama kemudian sudah sampai. Kemudian masuk dan menyembah. Diusaplah kepalanya kemudian duduk bersila.

Kemudian ditanya oleh sang adipati, “Wahai ananda kamu siapa? Dari mana asal muasalnya? Dan siapakah nama ayahnya?”

Raden Katuhu menunduk sambil menyembah, “Hamba adalah putra dari
Raden Putra dari Pajajaran.”

Sang Adipati berkata pada Ki Gede Buwara, “Wahai Kyai, anakmu itu saya ambil jadi anak angkat. Saya jadikan anak turunan.”

Terkenalah kemudian, sang adipati mengangkat anak. Namun sudah dianggap seperti anak sendiri. Baik di dunia sampai kelak nanti akhirnya. Sudah menjadi keluarganya sendiri juga.

Kategori:Babadan
SEUWISE

Ketampanan Raden Kaduhu dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan tentang kesaktian Raden Katuhu, “Serat Babad Banyumas” kemudian menceritakan tentang ketampanannya. Kabar bahwa Adipati Wirasaba telah mengangkat anak menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Semua rakyat membicarakannya. Terutama tentang ketampanannya. Ketampanan yang membuat semua perempuan terpesona. Dikisahkan, bukan hanya…
WACA
SEDURUNGE

Pelarian Raden Baribin ke Pajajaran Dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan tentang siapa sosok Raden Putra atau Raden Baribin, “Serat Babad Banyumas” kemudian menceritakan tentang pelariannya. Bahwa setelah diusir dari Majapahit oleh kakaknya, Raja Majapahit Prabu Ardiwijaya, Raden Baribin pun keluar dari kerajaan, meninggalkan keluarganya. Perjalanan itu melewati tempat-tempat…
WACA
LIYANE

Mertadiredjan Banyumas Chronicle

Segera Terbit
WACA
LIYANE

Babad Banyumas Pertama

Waktu itu saya mau menggelar acara pelatihan guru ngaji. Sebuah acara rutin dari Bale Cahaya, lembaga pembelajaran quran yang saya dirikan bersama Bale Pustaka. Biar tidak repot mikir menyiapkan makan, kami cari rumah makan sebagai tempat pelatihan. Akhirnya ditentukanlah tempatnya.…
WACA
LIYANE

Asal Mula Kyai Macan Guguh dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan tentang asal mula keris pusaka Banyumas, Kanjeng Kyai Gajahendra, Babad Banyumas kemudian menceritakan tentang asal mula pusaka Kanjeng Kyai Macanguguh. Keris pusaka dinamakan Gajahendra karena bermula dari peristiwa terbunuhnya garuda Endra oleh Patih Gajahmada. Lantas penamaan pusaka Macan…
WACA
LIYANE

Terjemah Naskah Babad Banyumas Mertadiredjan

Buku “Babad Banyumas Mertadiredjan” adalah terjemahan dari naskah “Serat Babad Banyumas” lengkap dengan naskah aslinya yang berupa tembang Macapat. Sedangkan buku “Terjemah Naskah Babad Banyumas Mertadiredjan” ini hanya memuat terjemahan Bahasa Indonesianya saja. Tanpa naskah aslinya yang dalam Bahasa Jawa.…
WACA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Babad Banyumas - Rujukan Utama Sejarah Banyumas.