Dari Naskah Kuno Ke Dongeng Anak

September 30, 2024 ·

“Lokakarya Menulis Dongeng dan Read Aloud Berdasarkan Naskah Kuno Babad Banyumas” dengan pemateri Nassirun Purwokartun, penulis 101 buku Serial Babad Banyumas.

Wilayah Banyumas memiliki banyak naskah babad. Nassirun Purwokartun, budayawan Banyumas, sejak tahun 2014 telah mengumpulkan sebanyak 100-an naskah. Naskah-naskah yang ditulis tangan dalam huruf Jawa hingga huruf Latin. Dari yang masih berbentuk tembang Jawa sampai yang sudah berbentuk prosa.

Sayangnya, naskah-naskah kuno tersebut seolah sudah terasing dari masyarakatnya sendiri. Orang-orang anyumas seakan tidak mengenali lagi. Tidak pernah ada yang membacanya.

Karena tergerak ingin mengenalkan kembali kisah-kisah lama Banyumas itu, sejak 2018 Nassirun Purwokartun menerjemahkan 25 naskah. Dari Babad Banyumas Mertadirejan, Wiryaatmadjan, Danuredjan, Dipayudan, Bratadimedjan, Wirasaba, dan lain sebagainya.

Harapannya, setelah menjadi bacaan bahasa Indonesia, akan lebih mudah dibaca siapa saja. Tidak ada kendala lagi bagi yang tidak bisa membaca huruf Jawa dan yang tidak paham membaca tembang Jawa.

Setelah menerjemahkan 25 judul buku, langkah dilanjutkan. Nassirun Purwokartun mendirikan Yayasan Bale Pustaka Cahaya untuk meneruskan gerakannya. Yayasan yang dibentukanya itu mendirikan penerbitan untuk buku-buku Babad Banyumas karyanya.

Setelah buku terbit, Nassirun Purwokartun kembali tergerak untuk menurunkan kisah-kisah dalam babad menjadi dongeng anak. Agar naskah yang ada bisa dibaca oleh generasi muda, terutama anak-anak berusia belia. Harapannya, dongeng-dongeng itu bisa menjadi salah satu cara pembentukan karakter mulia.

“Dongeng yang saya susun tidak lagi seperti naskah babad yang berkisah tentang peristiwa saja. Namun lebih mengenalkan tokoh-tokoh leluhur Banyumas. Tokoh yang karakter luhurnya bisa menjadi teladan generasi muda. Misalnya tentang Raden Baribin yang selalu berpikiran positif. Atau Raden Katuhu yang selalu berusaha keras menggapai cita-citanya. Atau Raden Joko Kaiman yang berani bertanggungjawab. Nilai luhur dari para leluhur itulah yang ingin saya kenalkan pada anak-anak di Banyumas,” ungkap Nassirun Purwokartun sambil menunjukkan buku-buku dongeng karyanya.

Nassirun Purwokartun dengan buku-buku “Serial Dongeng Babad” Banyumas karyanya.

Kisah dalam babad kemudian diterbitkan dalam 4 judul buku. Buku pertama, Wirasaba, berkisah tentang awal mula Banyumas. Buku kedua, Gajahendra, bercerita tentang pusaka Banyumas. Buku ketiga, Kaiman, mengisahkan pendiri Banyumas. Dan, buku keempat, Tembagan, menuturkan kisah berdirinya Banyumas.

Setelah buku terbit, langkah selanjutnya adalah mengenalkan pada masyarakat. Bagaimana agar bisa tersebar lebih luas. Bahkan tidak hanya dengan bukunya, namun melalui dongengnya. Maka, Yaysan Bale Pustaka Cahaya menggelar acara pelatihan mendongeng dan read aloud. Pesertanya adalah para pendongeng dan para guru yang selama ini sudah aktiv dalam kegiatan read aloud.

Acara sehari penuh tersebut bertempat di SD Adzkia Banjarnegara. Pada hari Sabtu, 28 September 2024, dimulai pukul 08.00 WIB. Bertajuk “Lokakarya Menulis Dongeng dan Read Aloud Berdasarkan Naskah Kuno Babad Banyumas”.

Acara tersebut mendapat dukungan Bantuan Pemerintah (Banpem) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, melalui Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra.


“Lokakarya Menulis Dongeng dan Read Aloud Berdasarkan Naskah Kuno Babad Banyumas” dengan peserta para pendongeng dan pegiat read aloud.


Dengan pelatihan tersebut, para peserta merasa sangat beruntung, karena mendapat banyak bahan cerita yang selama ini tidak dikenalinya. Sekian lama mereka ingin mendongeng dengan tema lokal, namun tidak adanya sumber bacaan yang ada, maka kebingungan mengisahkannya.

“Saya jadi sadar, bahwa karakter kita sesungguhnya dibentuk oleh orang tua kita. Maka mengenalkan karakter luhur para leluhur bisa menjadi role model dalam pembentukan karakter anak hari ini. Hal ini penting, karena sekian lama kita tidak mengenalinya. Karena sedikitnya bahan yang bisa kami temukan,” ungkap Martiana Ambarwati, salah satu peserta.

Setelah mengikuti pelatihan, maka bahan cerita sudah tersedia. Karena masing-masing peserta medapatkan paket buku Serial Dongeng Babad Banyumas sebanyak 5 buku. Buku-buku itu mereka jadikan bahan untuk ditulis ulang menjadi buku baru karya mereka masing-masing.

Nassirun Purwokartun juga membimbing penulisan buku karya mereka. Dengan aturan yang telah disepakati, para peserta menulis cerita untuk pembaca Semenjana B, yaitu usia 8 sampai 10 tahun. Maka buku yang ditulis setebal 24 halaman. Dengan ketentuan masing-masing halaman terdiri dari 3 paragraf, dengan 1 paragraf terdiri atas 3 kalimat, dan 1 kalimat maksimal 12 kata.

Para peserta lokakarya berfoto bersama dengan pemateri di halaman SD Adzkia Banjarnegara, tempat digelarnya acara

“Ini sebuah pengalaman berharga. Sebuah pelatihan yang padat. Saya mendapat materi dongeng yang sangat menarik. Kemudian belajar menuliskan kembali dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Serta langsung mendongengkannya,” ucap Kinanti, salah satu peserta.

Setelah naskah buku mereka jadi, peserta kemudian mendongengkannya dan mempraktekkan read aloud. Satu per satu divideokan sebagai salah satu bahan penyebarannya. Hingga pengenalan dongeng tidak hanya melalui buku saja.


Seluruh peserta mendongeng dan read aloud dengan divideokan.


“Semoga dengan lokakarya ini, naskah kuno Babad Banyumas bisa kembali dikenal masyarakat Banyumas. Melalui dongeng anak, karena pembentukan karakter harus segera dimulai sejak usia belia,” kata penutup Nassirun Purwokartun dalam paparannya.

 

Kategori:Dopokan
SEUWISE

Babad Pasirluhur dan Lahirnya Kota Purwokerto

Awalnya saya sudah menjaga diri untuk tidak tertarik membaca Babad Pasir. Karena saya orangnya gampang penasaran. Repotnya, kalau sudah penasaran maka sulit untuk tidak menelisik lebih jauh demi mencari jawaban. Dulu, tahun 2000, ketika saya masih di Solo, saya tertarik…
WACA
LIYANE

Asal Mula Kyai Macan Guguh dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan tentang asal mula keris pusaka Banyumas, Kanjeng Kyai Gajahendra, Babad Banyumas kemudian menceritakan tentang asal mula pusaka Kanjeng Kyai Macanguguh. Keris pusaka dinamakan Gajahendra karena bermula dari peristiwa terbunuhnya garuda Endra oleh Patih Gajahmada. Lantas penamaan pusaka Macan…
WACA
LIYANE

Nabi Adam dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

“Babad Banyumas Mertadiredjan” mengawali penuturannya dengan mencatat silsilah dinasti Banyumas yang berujung pada Nabi Adam. Bahwa dari Nabi Adam menurunkan banyak nabi dan dewa, salah satunya adalah Nabi Sis dan Sang Hyang Sis. Keturunan Sang Hyang Sis lah yang kemudian…
WACA
LIYANE

Jejak Sejarah Trah Banyumas

Awalnya, buku ini ditulis dan dirancang sebagai paket lanjutan bagi para pembaca Babad Banyumas. Agar yang sudah membaca babadnya mendapat wawasan baru dari kisah yang sudah dibacanya. Namun, setelah jadi, ternyata bisa juga dibaca oleh mereka yang belum membaca Babad…
WACA
LIYANE

Bagus Mangun dan Keris Gajahendra dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan tentang Raden Bagus Mangun yang mengadi di Kadipaten Wirasaba, Serat Babad Banyumas melanjutkan dengan cerita pernikahannya. Ternyata, Adipati Wirasaba meminta kedua orang tua angkat Bagus Mangun menghadap ke Wirasaba, adalah untuk melamar putrinya. Bagus Mangun akan diambil sebagai…
WACA
LIYANE

Wayang Babad Banyumas

Segera Terbit
WACA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Babad Banyumas - Rujukan Utama Sejarah Banyumas.