“Serat Babad Banyumas” menceritakan tentang keberadaan sebuah kadipaten bernama Wirasaba. Dengan pendirinya bernama Raden Paguwan yang kemudian bergelar Adipati Wira Hudaya.
Karena usia tua, Adipati pertama Wirasaba itu kemudian mengundurkan diri. Kedudukannya digantikan oleh anaknya, Raden Urang. Raja Majapahit memberinya gelar Adipati Kaurang, sebagai Adipati Wirasaba kedua.
Selanjutkan, kepemimpinan Wirasaba dilanjutkan oleh anak Adipati Kaurang yang bernama Raden Bagus Rawin. Bergelar Adipati Paguwan III menjadi Adipati Wirasaba ketiga.
Namun, urutan adipati Wirasaba tersebut berbeda dengan yang selama ini diketahui masyarakat. Termasuk yang tercatat dalam papan marmer pada makam Adipati Wirasaba di desa Wirasaba, kecamatan Bukateja, kabupaten Purbalingga.
Pada makam para Adipati Wirasaba tesebut urutannya adalah sebagai berikut. Adipati pertama adalah Raden Paguwan (Wira Hudaya). Adipati kedua adalah Raden Katuhu (Wira Hutama I). Adipati ketiga adalah Raden Urang (Wira Hutama II). Adipati keempat adalah Raden Bagus Surawin (Wira Hutama III).
Susunan itu sama dengan buku “Inti Silsilah dan Sedjarah Banjumas” yang ditulis oleh R.M.S. Brotodiredjo dan R. Ngatidjo Darmosuwondo. Buku yang terbit pada tahun 1969, namun sudah ditulis sejak tahun 1957. Disusun untuk menjadi buku pegangan untuk para keturunan ahli waris Banyumas.
Namun, saya lebih memercayai susunan adipati yang bersumber pada “Serat Babad Banyumas Mertadiredjan”. Karena bila nanti dikaitkan dengan keberadaan Raden Joko Kaiman sebagai keponakan Raden Katuhu, akan lebih tepat hitungan masanya.
Jadi, dikisahkan Raden Joko Kaiman menikah dengan putri Adipati Wirasaba Warga Utama. Adipati Warga Utama atau yang aslinya bernama Raden Suwarga adalah anak dari Raden Katuhu atau Adipati Marga Utama.
Hal itu lebih logis secara jarak usia, karena Raden Joko Kaiman adalah anak dari Raden Banyak Sasra, adik Raden Katuhu. Raden Katuhu adalah anak angkat Raden Bagus Rawin, yang kemudian menjadi Adipati Wirasaba keempat.
Sementara, bila Raden Katuhu adalah anak angkat Raden Paguwan atau Adipati Wirasaba pertama, jarak dengan Raden Joko Kaiman sangat jauh. Ada jenjang 5 generasi yang sulit diterima logika.
Dalam papan ditulis bahwa Raden Katuhu menjadi Adipati Wirasaba kedua pada tahun 1433 sampai 1443. Sementara sang keponakan, Raden Jaka Kaiman, menjadi Adipati Wirasaba pada tahun 1571 sampai 1582.
Maka, menurut saya urutan Adipati Wirasaba yang tertulis dalam makam justru rancu karena tidak logis secara jarak usia. Jeda jarak 150 tahun!
Bila memang penulisan itu mengacu pada buku “Inti Silsilah dan Sejarah Banyumas”, buku tersebut baru terbit tahun 1969. Sementara “Serat Babad Banyumas” jauh lebih dulu, pada kisaran tahun 1824.
Silahkan baca tulis terjemahan saya atas naskah “Serat Babad Banyumas Mertadiredjan” di bawah ini.
Sengaja tidak saya sertakan naskah asli dalam bahasa Jawanya. Agar pembaca lebih bisa menikmati Babad Banyumas sebagai buku bacaan.
Selamat membaca.
Bagus Rawin Adipati Paguwan III
Dikisahkan kesejahteraan rakyat Kadipaten Wirasaba terjamin selama kepemimpinan Adipati Kaurang. Sampai akhirnya Ki Paguwan meninggal dan dimakamkan di Wirasaba.
Adipati Kaurang kala itu sudah mempunyai putra, seorang pemuda yang rupawan. Dialah yang dikenal dengan nama Raden Bagus Rawin. Putra dari istri selir banyak, namun yang laki-laki hanya satu, yang bernama Raden Bagus Buwang.
Kisah berganti ke Majapahit. Diceritakan Sang Raja Prabu Brakumara sudah meninggal dunia karena tua. Adalah Raden Ardiwijaya yang menggantikan menjadi raja di Kerajaan Majapahit.
Setelah lama berkuasa menjadi Adipati Wirasaba, Adipati Kaurang meninggal. Sang anak, Raden Bagus Rawin, menghadap ke Majapahit mengantarkan upeti.
Sesampai di Majapahit yang dituju pertama adalah kediaman Ki Patih.
Bagus Rawin menyembah, “Hamba membawa kabar bahwa ayah hamba sudah meninggal. Juga mengantarkan upeti, semoga sudi menerima seluruh hasil bumi Wirasaba.”
Sang Patih kemudian berkata, “Ananda mari menghadap raja. Upeti sudah diterima.”
Di balairung istana upeti sudah tertata. Rapi penataannya hingga membuat sang prabu kagum melihatnya.
Sang Patih kemudian berkata, “Itu semua upeti persembahan dari sang abdi Adipati Kaurang yang sekarang sudah meninggal. Ini yang datang adalah putra Adipati Kaurang.”
Sang Raja berkata, “Sangat besar terima kasihnya. Engkau sekarang menghadap, anak Adipati Kaurang. Engkau sudah terlihat dewasa. Apa sudah mempunyai anak?”
Bagus Rawin menjawab, “Hamba belum punya putra.”
Sang Raja tersenyum dan berkata, “Engkau saya angkat kedudukannya, bergelar Adipati Paguwan di Kadipaten Wirasaba.”
Ki Paguwan menyembah, “Terima kasih banyak, Paduka.”
Kembali berkatalah sang raja, “Paguwan, sekarang kamu pulanglah!”
Sang raja kembali ke istana. Sang patih juga lalu pulang.
Sesampainya Bagus Rawin di Wirasaba, para saudara menyambutnya. Semua duduk berkumpul teratur.
Sang Adipati kemudian berkata, “Wahai semua saudara saya. Kalian saksikanlah, saya sekarang menjadi Adipati Paguwan yang ketiga. Atas perintah dari sang Raja Majapahit.”
Disaksikan semua keluarga, semua memberikan persetujuan. Kemudian digelarlah perayaan.
Tahun 1571 jaman wali Sanga siapa diantara wali Sanga yang lebih dekat dengan Raden Paguan?
Tolong jelaskan bila menemukan manuskrip tersebut!