Ada Apa Dengan Babad Banyumas?

February 9, 2022 ·

Buku “Babad Banyumas Wirjaatmadjan” koleksi keturunan Raden Arya Wirjaatmadjan dengan latar belakang silsilah keturuannya.

Babad Banyumas adalah babad yang kaya naskahnya. Konon, sampai tahun 2010, sudah ditemukan 101 naskah dengan 65 versi.

Jumlah 101 teks naskah itu meliputi 43 teks naskah, 38 teks ketikan, dan 20 teks cetakan. Sementara 65 versinya terdiri dari 56 versi gancaran (prosa) dan 9 versi tembang (puisi).

Begitu hasil penelitian pengkaji Babad Banyumas, Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M. Hum., ketika terakhir saya diskusi dengannya setahun silam, 2021. Namun saat itu saya belum sempat menanyakan dan mencatat detil dari 65 varian itu.

Buku “Banyumas, Antara Jawa dan Sunda” karya Drs. Sugeng Priyadi, Mhum.

Sementara Bale Pustaka hanya menyimpan hasil penelitiannya yang lama, yang tercatat dalam buku “Banyumas, Antara Jawa dan Sunda” terbitan tahun 2002. Kajian yang membagi Babad Banyumas dalam 6 versi.

Enam versi tersebut terdiri dari Naskah Mertadiredjan, Naskah-naskah Transformasi Naskah Mertadiredjan, Naskah Dipayudan, Naskah Wirjaatmadjan, Naskah Danuredjan, dan Naskah Transformasi Naskah Danuredjan.

Ketika Babad Banyumas masih dibagi dalam enam versi itu Bale Pustaka memiliki semua perwakilan naskahnya.

Pertama, Naskah Mertadiredjan, yaitu “Serat Babad Banyumas” milik Adipati Mertadiredja I dan “Tedhakan Serat Babad Banyumas” salinan Raden Natahamijaya.

Kedua, Naskah Transformasi Naskah Mertadiredjan, yaitu naskah “Babad Nagari Banyumas Wiwit Saking Panditoputro Hing Padjadjaran”, naskah “Babad Banyumas Wiwit Jaman Kraton Majapahit Tedak Tumedak Ngantos Dumugi Jaman Kraton Surakarta lan Yogyakarta”, naskah “Babad Banyumas Wiwit Jaman Kraton Majapahit Ngantos Dumugi Tahun Masehi 1905”, buku “Babad Banyumas Paguwan” karya Amen Budiman, dan buku “Terjadinya Daerah Banyumas” karya Roeslan Dowowarsito.

Ketiga, Naskah Dipayudan, yaitu buku “Turunan Sejarah Wirasaba” koleksi Madmarta, Wirasaba, terbitan Arpusda Purbalingga.

Keempat, Naskah Wirjaatmadjan, yaitu naskah “Babad Banyumas Wiwit Djaman Kraton Madjapahit”, naskah “Babad Banyumas Wiwit Kraton Majapahit”, buku “Babad Banyumas” terbitan TAN Poerbolinggo, buku “Babad Banyumas” karya Oemarmadi dan Koesnadi, buku “Riwayat Banyumas” karya S. Adisarwono, BA, dkk, naskah “Petikan Babad Banyumas” karya Raden Poerwasoepradja, naskah “Petikan Babad Banyumas” karya Raden Joedasoebrata, dan “Sejarah Banyumas” karya S. Adisarwono dan Bambang S. Purwoko.

Kelima, Naskah Danuredjan, yaitu naskah “Babat Banyumas” terbitan Perpusnas.

Keenam, Naskah Transformasi Naskah Danuredajan, yaitu buku “Inti Silsilah dan Sedjarah Banyumas” karya R. M. S. Brotodiredjo dan R. Ngatidjo Darmosuwondo.

Beberapa buku yang merupakan saduran dari berbagai naskah “Babad Banyumas”

Tidak mudah untuk mengumpulkan naskah Babad Banyumas. Saya mencari ke mana saja, menemui para tokoh yang menurut pertimbangan saya memiliki koleksi naskah tersebut.

Satu per satu saya datangi. Dari budayawan, sejarawan, hingga seniman Banyumas. Namun, ternyata mereka tidak memilikinya. Sungguh aneh!

Saya kemudian mencarinya ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyumas. Bayangan saya, karena perpustakaan daerah satu paket dengan arsip daerah, mestinya punya koleksinya. Karena bukankah naskah babad juga arsip yang harus disimpan? Namun ternyata tidak menemukannya di sana.

Akhirnya, setelah pencarian yang panjang, saya menemukan pertama kali justru secara tidak sengaja.

Saya mendapat sebuah kopian buku Babad Banyumas di sebuah rumah makan. Babad Banyumas Wirjaatmadjan. Lalu mendapatkan Babad Banyumas yang kedua dari penjual buku onlen. Babad Banyumas Mertadiredjan.

Setelah itu, saya terus mencarinya. Satu per satu saya dapatkan. Semua saya kumpulkan.

Sampai kemudian, ketika menerjemahkan Babad Banyumas, saya berkenalan dengan dua keturunan bangsawan Banyumas. Sosok yang pertama adalah dokter Soedardmadji, “kuncen” sejarah Banyumas yang banyak mengoleksi Babad Banyumas. Dan, sosok yang kedua adalah bapak Wahyudi Yudasubrata, cicit dari Raden Arya Wirjaatmadja.

Bersama dokter Soedarmadji memegang naskah “Serat Babad Banyumas” dan naskah “Tedhakan Serat Babad Banyumas”.

Bersama Wahyudi Yudasubrata memegang naskah “Babad Banyumas Wirjaatmadja”

Dari mereka berdualah saya bisa melengkapi semua versinya. Saya meminta ijin untuk mengkopinya sebagai koleksi Bale Pustaka.

Saya sempat menghela nafas, setelah melakukan perburuan panjang itu.

Saya heran dalam hati, mengapa Babad Banyumas sulit sekali dicari. Bahkan di tanah kelahirannya sendiri.

Saya butuh waktu 4 tahun untuk menemukan buku pertama! Dan genap 5 tahun saya hanya bisa mengumpulkan 20 naskah.

Itu pun karena saya mencarinya. Memburunya dengan penuh semangat. Bagaimana dengan yang tidak mencarinya?

Berarti tidak akan menemukannya. Tidak akan!

Kebahagiaan timbul ketika mengetahui Babad Banyumas adalah babad dengan naskah yang kaya. Namun keprihatinan mendadak muncul karena ternyata untuk menemukan satu naskah saja sulitnya luar biasa.

Tak ada buku terbitan pemerintah yang mestinya bisa dibagikan ke perpustakaan sebagai bacaan masyarakat. Tidak ada buku-buku dari penerbit umum yang bisa ditemukan di toko-toko buku.

Kekayaan naskah ternyata tidak berbanding lurus dengan ketersediaannya. Seperti ayam yang mati di lumbung padi, masyarakat Banyumas pun seolah dibiarkan buta dengan sejarahnya sendiri.

Kategori:Wacanan
SEUWISE

Bale Pustaka, Tempat Tepat Bahas Babad Banyumas

Setelah mendapatkan buku Babad Banyumas, baik yang versi tembang (puisi) maupun versi gancaran (prosa), saya kemudian terpikir menerjemahkannya. Babad Banyumas ditulis dalam huruf Jawa, sementara generasi muda sekarang sudah tidak bisa baca aksara Jawa. Bahkan mereka pun sudah kurang akrab…
WACA
SEDURUNGE

Mencari Kitab Babad Banyumas

Konon, Babad Banyumas banyak sekali naskahnya. Namun anehnya, tak satupun buku Babad Banyumas yang bisa didapatkan masyarakat sebagai bacaan. Baik di sekolah, di kampus, ataupun di perpustakaan-perpustakaan. Padahal, Babad Banyumas adalah sumber rujukan utama bagi siapa saja yang ingin mengetahui…
WACA
LIYANE

Mencari Ibu Kota Banyumas Lama dalam Plesiran Babad Banyumas

Jalan itu bernama Jalan Adipati Mrapat. Tentu saja diambil dari nama pendiri Banyumas. Karena ibu kota Banyumas lama berada pada lintasan jalan itu. Adipati Mrapat sangat dikenal oleh warga Banyumas, terutama generasi tuanya. Namun tidak tahu apakah generasi milenial dan…
WACA
LIYANE

Terjemah Naskah Babad Banyumas Mertadiredjan

Buku “Babad Banyumas Mertadiredjan” adalah terjemahan dari naskah “Serat Babad Banyumas” lengkap dengan naskah aslinya yang berupa tembang Macapat. Sedangkan buku “Terjemah Naskah Babad Banyumas Mertadiredjan” ini hanya memuat terjemahan Bahasa Indonesianya saja. Tanpa naskah aslinya yang dalam Bahasa Jawa.…
WACA
LIYANE

Dongeng Banyumas (2)

Serial Dongeng Babad Banyumas.Babad adalah kumpulan cerita-cerita dongeng. Dikisahkan secara turun temurun hingga menjadi legenda.Namun sekarang cerita-cerita babad telah hilang dari ingatan masyarakat, karena tidak ada lagi yang mengisahkannya. Padahal dengan mendongengkan babad, pewarisan sejarah leluhur terbukti terjaga selama beberapa…
WACA
LIYANE

Babad Banyumas Mertadiredjan

“Babad Banyumas Mertadiredjan” adalah salah satu naskah Babad Banyumas yang selama ini dikenal masyarakat. Naskah milik Adipati Mertadiredja I, Wedana Bupati Kanoman Banyumas, yang ditulis kisaran tahun 1816-1824.Naskah itu kemudian menjadi milik cucunya, Adipati Mertadiredja III, yang menjadi Bupati Banumas…
WACA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Babad Banyumas - Rujukan Utama Sejarah Banyumas.