Awal mula Kabupaten Banyumas berasal dari kadipaten bernama Wirasaba. Karena dari Wirasaba lah kemudian beralih menjadi kadipaten baru bernama Banyumas.
Setelah mengisahkan tentang Prabu Brawijaya sebagai raja Majapahit, Serat Babad Banyumas melanjutkan penuturannya dengan keberadaan Kadipaten Wirasaba.
Dicatat dalam babad, Wirasaba adalah sebuah kadipaten bawahan kerajaan Majapahit. Dan, sebagai tanda ketundukan serta ketaatan, setiap tahun Wirasaba harus mengirimkan upetinya ke Majapahit. Bulan untuk mengirimkan upeti adalah bulan Sapar.
Maka, pada suatu ketika ketika bulan Sapar tiba, Adipati Wirasaba pertama, yaitu Raden Paguwan bersiap mengirimkan upetinya. Tidak lupa diajak serta anaknya, Raden Urang, untuk ke Majapahit.
Ada kepentingan apakah Raden Urang diajak menemui raja Majapahit?
Silahkan baca tulis terjemahan saya atas naskah “Serat Babad Banyumas Mertadiredjan” di bawah ini.
Sengaja tidak saya sertakan naskah asli dalam bahasa Jawanya. Agar pembaca lebih bisa menikmati Babad Banyumas sebagai buku bacaan.
Selamat membaca.
Kadipaten Wirasaba
Adalah Kadipaten Wirasaba yang merupakan bawahan kerajaan Majapahit. Adipatinya bernama Raden Paguwan
Dikisahkan kala itu, bulan Sapar waktunya, Adipati Paguwan bermaksud hendak menghadap ke Majapahit mengirimkan upeti.
Semua pengawal dan pengiring sudah siap siaga. Ki Paguwan sudah berangkat. Tidak diceritakan lama perjalanannya, sampailah mereka di Majapahit, kemudian lapor pada sang patih. Lalu diundang masuk istana, duduk menghadap raja.
Ki Paguwan berkata sopan, “Ki Patih, tolong sampaikan penghormatan hamba pada sang raja. Juga upeti saya tolong berikan, seluruh hasil bumi Wirasaba. Karena saya sudah tua, kalau sang raja mengijinkan saya mengajukan anak saya, Raden Urang untuk menggantikan bertakhta di Wirasaba. Saya ingin turun takhta.”
Ki Patih kemudian berkata,”Silahkan Ki Adipati menghadap sang baginda, dan Raden Urang diajak serta.”
Setelah masuk istana, menghadap di balairung, Sang raja menerima salamnya.
Patih menyampaikan sembahnya, “Paduka hamba menyampaikan kabar, abdi Paduka Adipati Paguwan dari Wirasaba memberikan upetinya, hasil bumi dari Wirasaba.”
Sang raja dengan penuh wibawa menjawab, “Baiklah, sudah saya terima tanda kesetiaan Paguwan.”
Sang Patih kembali berkata, ”Adipati Paguwan mengajak putranya, bernama Raden Urang, untuk menggatikan kedudukannya karena sang adipati sudah tua.”
Raja kemudian berkata, “Baiklah, saya terima keinginannya. Saya kabulkan permohonannya. Nanti kamu saya angkat menjadi adipati bergelar Adipati Kaurang bertakhta di Wirasaba.”
Raden Urang mengucap terima kasih, menyembah pada sang raja.
Setelah diusap ubun-ubun kepalanya sebagai tanda pengangkatan, Raden Urang mundur menyembah.
Setelah menghadap sang raja, Ki Paguwan pamit pulang ke Wirasaba bersama Adipati Kaurang.
Mereka keluar bersama-sama, berpamitan pada sang patih dan singgah sebentar ke kediamannya.
Tidak diceritakan lamanya perjalanan, Ki Paguwan sudah sampai di Wirasaba. Seluruh keluarga senang semuanya. Bahagia menyambut kedatangannya.
Tidak lama setelah itu, seluruh saudara-saudara keluarga besar dikumpulkan, laki dan perempuan tak terhitung jumlahnya.
Ki Paguwan kemudian berkata, “Wahai seluruh saudara saya, seluruh keluarga besar saya. Saksikanlah oleh kalian semua, bahwa anak saya yang bernama Raden Urang, atas perintah dari Sang Prabu Brawijaya telah diangkat menjadi adipati di Wirasaba. Gelarnya adalah Adipati Kaurang.”
Semua serempak menjawab setuju. Semua senang mendengarnya. Kemudian digelarkan perayaan semalam suntuk lamanya.
Rakyat Wirasaba menyambutnya, menaati penuh penghormatan.