Babad Banyumas Daftar Pustaka

May 2, 2022 ·

“Babad Tanah Djawa Gancaran” susunan Wirjapanitra, terbitan Sadu Budi Solo, tahun 1945. Salah satu naskah Babad Tanah Jawi yang berbentuk gancaran (prosa), selain Babad Tanah Jawi susunan W.L. Olthof, terbitan Leiden, Belanda tahun 1941. Dua naskah yang pernah saya baca sebagai bahan menulis novel Penangsang.

Sewaktu masih di Solo saya asyik membaca Babad Tanah Jawi. Karena penulisan novel pentalogi Penangsang pijakannya adalah Babad Tanah Jawi. Hanya saja saya balikkan penceritaannya dengan data yang saya dapatkan dari keluarga Penangsang, ditambah penafsiran saya atas bacaan naskah-naskah lama.

Setelah pulang kampung ke Banyumas, saya ingin membaca babad tanah kelahiran saya. Maka saya pun mencari ke orang-orang yang dalam pandangan saya memiliki naskahnya.

Suatu kali, saya mendatangi penulis yang beberapa bukunya mengulas sejarah Banyumas.

Saya menemuinya karena dalam daftar pustaka buku karyanya mencatat empat naskah Babad Banyumas menjadi rujukannya.

Rujukan pertama Babad Banyumas Wirjaatmadjan. Rujukan kedua Babad Banyumas Natahamijaya. Rujukan ketiga Babad Banyumas Mertawidjaja. Dan rujukan keempat Babad Banyumas Gandasubrata.

Naskah pertama, Babad Banyumas Wirjaatmadjan. Naskah Babad Banyumas yang setahu saya adalah karya Raden Wirjaatmadja. Patih Purwokerto yang menulis atas perintah atasannya, Asisten Residen Purwokerto. Konon bentuknya adalah gancaran atau prosa. Saya pernah melihat naskah aslinya, masih tulisan tangan, di Museum BRI Purwokerto.

Naskah kedua, Babad Banyumas Natahamijaya. Naskah Babad Banyumas yang konon aslinya adalah milik Wedana Bupati Kanoman Banyumas, Adipati Mertadiredja I. Pada masa pemerintahan cucunya, Adipati Mertadiredja III, naskah itu dipinjam dan disalin oleh Carik Jaksa Magetan bernama Raden Natahamijaya. Saya belum pernah melihat bukunya. Tapi dari buku yang saya baca, bentuknya adalah tembang macapat.

Naskah ketiga, Babad Banyumas Mertawidjaja. Naskah Babad Banyumas yang ini saya belum pernah mendengarnya. Maka sepertinya bakalan asyik kalau bisa melengkapi wawasan saya tentang beragam naskah Babad Banyumas. Minimal melengkapi dua naskh sebelumnya yang sudah saya ketahui, yakni naskah Babad Banyumas Wirjaatmadjan dan Mertadiredjan.

Naskah keempat, Babad Banyumas Gandasubrata. Naskah Babad Banyumas yang ini saya juga baru pertama mendengarnya. Saya hanya tahu bahwa Pangeran Gandasubrata adalah Bupati Banyumas, anak Adipati Mertadiredja III. Pada masa hidupnya menempati rumah peninggalan ayahnya yang dikenal sebagai Ndalem Pangeranan.

Dengan membaca deretan babad hebat yang ada dalam daftar pustaka buku karyanya itu, bayangan saya sang penulis pasti mempunyai buku aslinya.

Wah, luar biasa. Dalam satu kunjungan saya akan mendapatkan langsung empat naskah Babad Banyumas.

Sayapun datang ke rumahnya untuk melihat seperti apakah wujud naskah Babad Banyumas.

Namun, setelah bertamu dan bertemu, ternyata beliau tidak punya satu pun naskah-naskah itu.

Bahkan ketika saya sampaikan ingin menerjemahkan Babad Banyumas beliau mendukung dan berniat menjadi pembelinya.

Dalam perjalanan pulang saya bertanya dalam hati, lantas empat naskah babad yang tertulis dalam daftar pusataka bukunya itu artinya apa, kalau ternyata sang penulis belum pernah baca, apalagi memilikinya? Apa memang daftar pustaka hanya sekadar menajdi hiasan buku saja?

Saya pun berpikir lagi, mencari siapa tokoh di Banyumas yang memilikinya?

Naskah asli tulisan tangan Raden Arya Wirjaatmadja yang kemudian dikenal sebagai naskash “Babad Banyumas Wirjaatmadjan”. Disimpan di Museum BRI, Purwokerto.

Perjalanan pencarian berlanjut pada sosok yang selama ini dikenal paham sejarah Banyumas. Seorang kolektor foto lama yang bukunya tentang Banyumas juga sudah diterbitkan.

Saya beberapa kali sudah menemuinya, namun belum membahas soal Babad Banyumas. Maka saya sengaja datang lagi khusus untuk membahas Babad Banyumas.

Beliau kemudian bercerita bahwa sudah lama berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas mencetak buku Babad Banyumas.

Babad Banyumas miliknya yang bersampul coklat tua dan halamannya sudah banyak yang lepas. Naskah Babad Banyumas yang kemudian saya ketahui cetakan Babad Banyumas Wirjaatmadjan.

Namun konon, berkali disampaikan ke pemerintah, keinginannya itu tidak ditanggapi.

Sampai akhirnya saya menawarkan diri, “Bagaimana kalau saya yang menerbitkan?”

Jawabnya, “Boleh. Silahkan diterbitkan. Berapapun yang diterbitkan, saya hanya minta dua puluh persennya. Misal dicetak 10.000 buku, saya diberi 2.000 buku.”

Waduh, mencetak sepuluh ribu buku? Dana dari mana?

Kategori:Wacanan
SEUWISE

Babad Banyumas Pertama

Waktu itu saya mau menggelar acara pelatihan guru ngaji. Sebuah acara rutin dari Bale Cahaya, lembaga pembelajaran quran yang saya dirikan bersama Bale Pustaka. Biar tidak repot mikir menyiapkan makan, kami cari rumah makan sebagai tempat pelatihan. Akhirnya ditentukanlah tempatnya.…
WACA
SEDURUNGE

Panggung Ketoprak Babad Banyumas

Saya menulis novel panjang Penangsang bermula dari kenangan masa kecil. Ketika kelas 4 SD setiap malam melihat pentas ketoprak tobong di desa saya. Dari panggung ketoprak itulah saya mengenal sosok Penangsang, berikut kisah yang membelitnya, terutama perseteruannya dengan Joko Tingkir.…
WACA
LIYANE

Pendapa Duplikat dalam Plesiran Babad Banyumas

Pendapa itu bukan bangunan aslinya. Hanya tiruannya saja. Maka orang pun menyebutnya pendapa duplikat. Bangunan aslinya sudah dipindah ke kota Purwokerto pada tahun 1937. Ketika Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purwokerto bergabung. Namun, warga Banyumas masih meyakini bangunan tiruan itu sebagai…
WACA
LIYANE

Abdi Wirasaba

Raden Jaka Kaiman adalah pendiri Kabupaten Banyumas. Namun, tidak banyak yang mengetahui kisah hidupnya.Sebagai anak yatim piatu keturunan bangsawan Majapahit dan Pajaran. Hidup menumpang menjadi penggembala kerbau. Kemudian diasuh tukang pembuat warangka keris. Sampai menjadi pelayan di Kadipaten Wirasaba.Kisah hidup…
WACA
LIYANE

Adipati Pertama Wirasaba dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Awal mula Kabupaten Banyumas berasal dari kadipaten bernama Wirasaba. Karena dari Wirasaba lah kemudian beralih menjadi kadipaten baru bernama Banyumas. Setelah mengisahkan tentang Prabu Brawijaya sebagai raja Majapahit, Serat Babad Banyumas melanjutkan penuturannya dengan keberadaan Kadipaten Wirasaba. Dicatat dalam babad,…
WACA
LIYANE

Mengenang Rawa Tembelang dalam Plesiran Babad Banyumas

Ibu kota Banyumas baru yang dibangun Tumenggung Yudanegara II berada pada sebuah situs lama peninggalan Kabupaten Selarong. Konon tempat itu pada jaman dulunya adalah sebuah puncak dari gunung purba di bawah laut. Setelah tidak aktif lagi kemudian mengeluarkan mata air…
WACA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Babad Banyumas - Rujukan Utama Sejarah Banyumas.