Sewaktu masih di Solo saya asyik membaca Babad Tanah Jawi. Karena penulisan novel pentalogi Penangsang pijakannya adalah Babad Tanah Jawi. Hanya saja saya balikkan penceritaannya dengan data yang saya dapatkan dari keluarga Penangsang, ditambah penafsiran saya atas bacaan naskah-naskah lama.
Setelah pulang kampung ke Banyumas, saya ingin membaca babad tanah kelahiran saya. Maka saya pun mencari ke orang-orang yang dalam pandangan saya memiliki naskahnya.
Suatu kali, saya mendatangi penulis yang beberapa bukunya mengulas sejarah Banyumas.
Saya menemuinya karena dalam daftar pustaka buku karyanya mencatat empat naskah Babad Banyumas menjadi rujukannya.
Rujukan pertama Babad Banyumas Wirjaatmadjan. Rujukan kedua Babad Banyumas Natahamijaya. Rujukan ketiga Babad Banyumas Mertawidjaja. Dan rujukan keempat Babad Banyumas Gandasubrata.
Naskah pertama, Babad Banyumas Wirjaatmadjan. Naskah Babad Banyumas yang setahu saya adalah karya Raden Wirjaatmadja. Patih Purwokerto yang menulis atas perintah atasannya, Asisten Residen Purwokerto. Konon bentuknya adalah gancaran atau prosa. Saya pernah melihat naskah aslinya, masih tulisan tangan, di Museum BRI Purwokerto.
Naskah kedua, Babad Banyumas Natahamijaya. Naskah Babad Banyumas yang konon aslinya adalah milik Wedana Bupati Kanoman Banyumas, Adipati Mertadiredja I. Pada masa pemerintahan cucunya, Adipati Mertadiredja III, naskah itu dipinjam dan disalin oleh Carik Jaksa Magetan bernama Raden Natahamijaya. Saya belum pernah melihat bukunya. Tapi dari buku yang saya baca, bentuknya adalah tembang macapat.
Naskah ketiga, Babad Banyumas Mertawidjaja. Naskah Babad Banyumas yang ini saya belum pernah mendengarnya. Maka sepertinya bakalan asyik kalau bisa melengkapi wawasan saya tentang beragam naskah Babad Banyumas. Minimal melengkapi dua naskh sebelumnya yang sudah saya ketahui, yakni naskah Babad Banyumas Wirjaatmadjan dan Mertadiredjan.
Naskah keempat, Babad Banyumas Gandasubrata. Naskah Babad Banyumas yang ini saya juga baru pertama mendengarnya. Saya hanya tahu bahwa Pangeran Gandasubrata adalah Bupati Banyumas, anak Adipati Mertadiredja III. Pada masa hidupnya menempati rumah peninggalan ayahnya yang dikenal sebagai Ndalem Pangeranan.
Dengan membaca deretan babad hebat yang ada dalam daftar pustaka buku karyanya itu, bayangan saya sang penulis pasti mempunyai buku aslinya.
Wah, luar biasa. Dalam satu kunjungan saya akan mendapatkan langsung empat naskah Babad Banyumas.
Sayapun datang ke rumahnya untuk melihat seperti apakah wujud naskah Babad Banyumas.
Namun, setelah bertamu dan bertemu, ternyata beliau tidak punya satu pun naskah-naskah itu.
Bahkan ketika saya sampaikan ingin menerjemahkan Babad Banyumas beliau mendukung dan berniat menjadi pembelinya.
Dalam perjalanan pulang saya bertanya dalam hati, lantas empat naskah babad yang tertulis dalam daftar pusataka bukunya itu artinya apa, kalau ternyata sang penulis belum pernah baca, apalagi memilikinya? Apa memang daftar pustaka hanya sekadar menajdi hiasan buku saja?
Saya pun berpikir lagi, mencari siapa tokoh di Banyumas yang memilikinya?
Perjalanan pencarian berlanjut pada sosok yang selama ini dikenal paham sejarah Banyumas. Seorang kolektor foto lama yang bukunya tentang Banyumas juga sudah diterbitkan.
Saya beberapa kali sudah menemuinya, namun belum membahas soal Babad Banyumas. Maka saya sengaja datang lagi khusus untuk membahas Babad Banyumas.
Beliau kemudian bercerita bahwa sudah lama berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas mencetak buku Babad Banyumas.
Babad Banyumas miliknya yang bersampul coklat tua dan halamannya sudah banyak yang lepas. Naskah Babad Banyumas yang kemudian saya ketahui cetakan Babad Banyumas Wirjaatmadjan.
Namun konon, berkali disampaikan ke pemerintah, keinginannya itu tidak ditanggapi.
Sampai akhirnya saya menawarkan diri, “Bagaimana kalau saya yang menerbitkan?”
Jawabnya, “Boleh. Silahkan diterbitkan. Berapapun yang diterbitkan, saya hanya minta dua puluh persennya. Misal dicetak 10.000 buku, saya diberi 2.000 buku.”
Waduh, mencetak sepuluh ribu buku? Dana dari mana?