Buku Serial Anak Babad Banyumas

July 16, 2022 ·

Untuk memasyarakatkan Babad Banyumas ke generasi muda, terutama anak-anak sekolah, NasSirun menulis 20 buku Serial Anak Babad Banyumas untuk semua tingkatan, dari TK, SD, SMP, sampai SMA.

Saya ingin Babad Banyumas menjadi bacaan masyarakat. Namun, yang lebih penting lagi, saya ingin Babad Banyumas menjadi bacaan generasi muda. Terutama anak-anak sekolah, usia SD sampai dengan SMP.

Saya membayangkan, kisah dalam Babad Banyumas menjadi buku bacaan yang ada di seluruh perpustakaan sekolah. Hingga pewarisan cerita yang dulu dilakukan oleh orang tua dengan menjadikannya dongeng sebelum tidur, sekarang dilakukan lagi di sekolah.

Bedanya, dulu didongengkan langsung oleh nenek atau ibu dan bapak, sekarang didongengkan dalam bentuk bacaan.

Akan tetapi, dengan terbitan Babad Banyumas yang sekarang sepertinya belum bisa. Dengan ukuran yang besar dan halaman yang tebal, membuat Babad Banyumas masih menjadi bacaan usia dewasa. Bahkan masih menjadi bacaaan eksklusif bagi orang-orang yang tertarik dengan kajian sejarah Banyumas saja.

Menurut saya, buku Babad Banyumas terbitan Penerbit Bale Pustaka Cahaya masih sulit untuk masuk ke sekolah. Apalagi bila ditujukan sebagai bacaan anak. Kalaupun bisa masuk sekolah, lebih sebagai sumber sejarah dan bacaan para guru saja. Bukan sebagai bacaan siswa.

Maka, saya berpikiran ingin menerbitkan Babad Banyumas untuk anak.

Sumbernya diambil dari kisah yang tertulis dalam Babad Banyumas Mertadiredjan. Dalam buku terjemahan saya itu saya sudah membaginya dalam beberapa bab. Bab-bab itu bisa diambil sebagai bahan ceritanya.

Jadi, bukan cerita utuh satu buku Babad Banyumas dalam satu buku anak. Melainkan dipenggal-penggal sesuai dengan cerita yang bisa diambil. Dengan pemenggalan itu akan membuat anak-anak mudah menikmatinya, daripada bila harus membaca Babad Banyumas secara utuh.

NasSirun PurwOkartun berharap Serial Anak Babad Banyumas bisa menjadi bekal pembentukan karakter anak Banyumas dengan meneladani para tokoh leluhur yang tercatat dalam Babad Banyumas

Dalam Babad Banyumas Mertadiredjan sudah saya bagi dalam 20 bab. Dengan demikian, paling tidak sudah bisa menjadi bahan naskah untuk 14 buku serial cerita anak. Sebuah serial yang lumayan panjang untuk mengajak generasi muda paham sejarah leluhurnya.

Saya pun kemudian memotong kisah-kisah itu. Satu per satu bab saya susun menjadi cerita untuk anak dengan bahasa yang mudah dicerna dan menarik minat baca. Namun, sebagai awalan tidak semua dijadikan buku. Dari 20 bab itu saya mengambil 14 kisah saja dulu. Karena saaya ingin mencobanya dalam beberapa bentuk. Yakni untuk usia anak TK dan SD dulu.

Untuk usia TK, saya mengemasnya menjadi buku cerita sekaligus buku mewarnai. Teks naskahnya pendek-pendek saja. Cukup dengan satu atau dua kalimat saja. Dengan huruf yang besar-besar di halaman sebelah kanan. Sementara halaman sebelah kiri adalah ilustrasinya. Ilustrasi itulah yang kemudian menjadi aktivitas anak selanjutnya, yaitu mewarnai gambarnya.

Untuk buku TK, saya menyiapkan tiga naskah. Naskah pertama adalah kisah Raden Baribin. Naskah kedua adalah kisah Raden Katuhu. Dan naskah ketiga adalah kisahnya Raden Jaka Kaiman. Tiga buku itu saya rasa cukup sebagai awalan mengenalka Babad Banyumas.

Saya membayangkan, tiga sosok itu bisa sebagai perkenalan awal tentang keteladanan dari tokohnya masing-masing. Raden Baribin mengajarkan tentang kesungguhan niat dan tekad yang teguh. Raden Katuhu mengajarkan tentang kemantapan pengabdian. Sedangkan Raden Jaka Kaiman mengajarkan tentang semangat dan pengorbanan.

Setiap buku saya rancang dalam 16 halaman ukuran kwarto. Ketebalan bukunya menjadi 32 halaman, karena kiri halaman gambar dan kanan halaman teks.

Sengaja ukurannya dibuat besar karena ditujukan untuk anak TK. Agar lebih mudah membukanya, sekaligus nyaman ketika mewarnai halamannya.

Serial Bacaan Babad Banyumas untuk usia SD karya NasSirun PurwOkartun.

Buku berikutnya adalah untuk siswa kelas 1 sampai dengan 3 Sekolah Dasar (SD). Bukan buku mewarnai lagi, namun dikemas menjadi buku cergam. Cerita bergambar. Ada ceritanya, ada gambarnya. Masih dengan pembagian halaman kiri menjadi halaman ilustrasi, dan halaman kanan adalah ceritanya.

Tokoh yang dikenalkan masih sama, yakni Raden Baribin, Raden Katuhu, dan Raden Jaka Kaiman. Bedanya dengan buku TK, buku untuk SD kelas 1 sampai 3 teksnya dilengkapi dengan Bahasa Banyumasan dan Bahasa Inggris.

Jadi, selain mengenalkan tokoh Babad Banyumas, juga mengenalkan kembali bahasa Banyumasan sebagai bahasa lokal, serta Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.

Jumlah halaman lebih banyak daripada untuk anak TK. Yakni setebal 20 halaman. Untuk gambar juga sudah dibedakan, ilustrasinya tidak bergaya kanak-kanak banget. Gayanya sudah mendekati gaya kartun yang sesuai dengan usia mereka.

Sementara untuk siswa kelas 4 sampai kelas 6 SD, beda lagi kisah yang diambil. Beda juga dalam bentuk kemasannya. Untuk usia mereka saya menyiapkannya bentuk buku cerita. Naskahnya panjang, kalimatnya tidak pendek-pendek seperti buku TK. Ceritanya sudah berbentuk semacam naskah novel pendek. Sementara ilustrasinya tidak sebanyak buku TK dan SD kelas 1 sampai 3.

Serial Bacaan Babad Banyumas untuk usia SMP karya NasSirun PurwOkartun.

Ada 3 seri bacaan yang sudah saya siapkan. Bukan lagi tentang 3 tokoh lagi. Melainkan sudah bentuk cerita panjang.

Cerita pertama adalah perjalanan Kyai Tolih hingga mendapatkan keris Gajahendra. Keris yang kelak menjadi pusaka Kabupaten Banyumas. Cerita kedua adalah tentang peristiwa Sabtu Pahing. Karena dari peristiwa itulah kemudian berdiri Kabupaten Banyumas. Cerita ketiga adalah tentang Adipati Mrapat. Kisah yang melegenda tentang kebijakan tokoh utama dalam Babad Banyumas.

Jadi, sebagai awalan mengemas cerita anak, saya tidak merancang 20 buku. Melainkan mengawalinya dengan 15 buku.

Naskah sudah selesai saya tulis. Rancangan desain juga sudah siap. Namun, kendala berikutnya adalah pada ilustrasi.

Untuk buku anak usia TK, dengan ketebalan 32 halaman, maka setiap buku membutuhkan 16 ilustrasi dalam dengan 2 ilustrasi cover. Berarti satu bukunya membutuhkan 18 gambar. Dengan membuat 3 buku, maka ilustrasi yang dibutuhkan adalah 54 gambar.

Untuk buku anak SD kelas 1 sampai 3, dengan ketebalan 40 halaman, maka satu bukunya membutuhkan 20 ilustrasi isi dan 2 ilustrasi cover. Bila membuat 3 buku, maka gambar yang dibutuhkan adalah 66 buah.

Sedangkan untuk buku bacaan SD usia kelas 4 sampai 6, yang dibutuhkan jumlah yang lebih banyak, karena halamannya lebih tebal. Untuk ilustrasi isi butuh 30 gambar dan ilustrasi cover 2 gambar. Kebutuhan ilustrasi untuk 4 buku itu adalah 120 buah juga.

Lalu, untuk bacaan siswa SMP, dengan 4 judul buku, gambar lebih sedikit. Hanya membutuhkan ilustrasi 48 saja.

Maka, bila dihitung untuk membuat 14 buku anak tersebut, saya harus menyiapkan 288 gambar. Jumlah yang sangat banyak. Butuh waktu yang lebih banyak daripada ketika menyusun naskahnya.

Akhirnya, karena banyaknya gambar yang harus saya siapkan, sementara waktu saya tidak banyak, saya menunda penerbitan serial buku anak tersebut.

Saya kemudian berpikir ilustrasinya tidak saya kerjakan sendiri. Saya cukup sebagai penulis naskahnya saja. Saya harus mencari ilustrator yang bisa bekerjasama membuat buku serial anak tersebut.

Selain menerbitkan Buku Serial Bacaan Anak Babad Banyumas, NasSirun PurwOkartun juga menerbitkan buku Dongeng Babad Banyumas. Bagi orang tua yang ingin mendongeng tentang tanah kelahiran sudah tidak kesulitan lagi mencari bahan, karena sudah ada bukunya.

Namun, ketika menemukan ilustrator, ternyata tidak berarti menemukan solusi. Karena satu gambar, di pasaran umum penerbitan, biayanya 100.000 sampai 200.000 rupiah. Bila kita ambil harga termurah, 100.000 rupiah, maka ketika dikalikan kebutuhan gambar sebanyak 288 ilustrasi, harganya sebesar 28.800.000 rupiah!

Karena pertimbangan itu, terpaksa serial buku anak belum bisa saya terbitkan. Kecuali mendapatkan bantuan dari pihak yang bersedia membiayainya.

Apakah para pembaca ada yang berniat mewujudkannya?

Kategori:Wacanan
SEUWISE

Pemburu Pertama Babad Banyumas

Wawancara Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M.Hum, 27 Tahun Berburu Babad Banyumas. Sepanjang berburu Babad Banyumas, saya tidak menemukan sosok lain yang menaruh perhatian penuh pada Babad Banyumas, selain Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M. Hum. Maka, sejak pertama mengenal namanya pada…
WACA
SEDURUNGE

Menovelkan Kisah Babad Banyumas

Buku Babad Banyumas terjemahan saya, baik Mertadiredjan maupun Wirjaatmadjan, diterbitkan lengkap dengan latin Jawanya. Naskah Babad Banyumas Mertadiredjan aslinya berupa tembang Macapat (puisi). Naskah Babad Banyumas Wirjaatmadjan aslinya berupa gancaran (prosa). Dalam tata letak bukunya, naskah asli di halaman kiri…
WACA
LIYANE

Terjemah Naskah Babad Banyumas Wirjaatmadjan

Buku “Babad Banyumas Wirjaatmadjan” adalah terjemahan dari naskah “Babag Banyumas” lengkap dengan naskah aslinya yang berupa gancaran (prosa). Sedangkan buku “Terjemah Naskah Babad Banyumas Wirjaatmadjan” ini hanya memuat terjemahan Bahasa Indonesianya saja. Tanpa naskah aslinya yang dalam Bahasa Jawa. Pada…
WACA
LIYANE

Sejarah Banyumas

Setelah terbit dua buku Babad Banyumas, yakni “Babad Banyumas Mertadiredjan” dan “Babad Banyumas Wirjaatmadjan”, kemudian Penerbit terpikir untuk menggabungkannya. Namun, bukan digabung dalam satu buku lengkap dengan Bahasa Jawanya. Melainkan hanya terjemah dalam Bahasa Indonesianya saja. Mengapa demikian? Karena tidak…
WACA
LIYANE

Asal Mula Kyai Macan Guguh dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan tentang asal mula keris pusaka Banyumas, Kanjeng Kyai Gajahendra, Babad Banyumas kemudian menceritakan tentang asal mula pusaka Kanjeng Kyai Macanguguh. Keris pusaka dinamakan Gajahendra karena bermula dari peristiwa terbunuhnya garuda Endra oleh Patih Gajahmada. Lantas penamaan pusaka Macan…
WACA
LIYANE

Dari Kepangeranan ke Kepatihan

  Serial Plesiran Babad Banyumas, Dari Kepangeranan ke Kepatihan.      
WACA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Babad Banyumas - Rujukan Utama Sejarah Banyumas.