Setelah mengisahkan tentang kesaktian Raden Katuhu, “Serat Babad Banyumas” kemudian menceritakan tentang ketampanannya.
Kabar bahwa Adipati Wirasaba telah mengangkat anak menyebar ke seluruh lapisan masyarakat.
Semua rakyat membicarakannya. Terutama tentang ketampanannya. Ketampanan yang membuat semua perempuan terpesona.
Dikisahkan, bukan hanya para gadis saja yang terpana melihatnya. Bahkan semua perempuan, baik yang sudah menikah ataupun janda, semua mengaguminya.
Selengkapnya, silahkan baca tulis terjemahan saya atas naskah “Serat Babad Banyumas Mertadiredjan” di bawah ini.
Sengaja tidak saya sertakan naskah asli dalam bahasa Jawanya. Agar pembaca lebih bisa menikmati Babad Banyumas sebagai buku bacaan.
Selamat membaca.
Ketampanan Tiada Habisnya
Makam Raden Katuhu sebelum dipugar menjadi megah seperti sekarang. Dalam cungkub makam terdapat 5 nisan Adipati Wirasaba.
Rakyat Wirasaba seluruhnya semua menjadi saksi, semua turut menyaksikan. Laki perempuan yang melihatnya, mereka semua memberi pujian tentang ketampanan Raden Kaduhu.
Banyak gadis yang terpesona melihat ketampatan Raden Kaduhu. Selain keturunan bangsawan, pribadinya pun terhormat, tampan dan cerah wajahnya, tajam pandangan matanya.
Raden Kaduhu menjadi perbincangan di mana saja. Terutama oleh para gadis. Bahkan janda, juga yang sudah menikah, banyak yang lupa diri mengaguminya. Seolah hanya Raden Kaduhu saja yang menjadi pembincaraan di mana-mana.
Semua mata tertuju pada Raden Kaduhu, putra laki-laki sang Adipati. Ibarat terantuk batu hinga jatuh terjengkang, saat meratapi kejatuhannya, tak henti mereka berkata, yang terucap, “Wahai Raden Kaduhu tolonglah! Wahai engkau yang ketampanannya tiada habis-habisnya!”