Adipati Mertadiredja I Pemilik Naskah Babad Banyumas Mertadiredjan

February 7, 2022 ·

Gerbang “Pesarean Keluarga Mertadiredjan Kalibogor”. Makam keluarga Adipati Mertadiredja yang dibangun oleh Adipati Mertadiredja II, pendiri dan bupati pertama Kabupaten Purwokerto.

Ada banyak naskah Babad Banyumas, namun saya hanya menerjemahkan dua naskah saja. Babad Banyumas Mertadiredjan dan Babad Banyumas Wirjaatmadjan.

Menurut saya, untuk masyarakat awam membaca dua babad itu sudah cukup mewakili. Kedua babad tersebut seolah saling melengkapi.

Babad Banyumas Mertadiredjan berbentuk tembang atau puisi, sementara Babad Banyumas Wirjaatmadjan berbentuk gancaran atau prosa.

Babad Banyumas Mertadiredjan mengisahkan leluhur Banyumas dari Nabi Adam sampai keturunan Bupati Banyumas. Babad Banyumas Wirjaatmadjan mengisahkan keadaan Banyumas sejak masa penjajahan Belanda hingga menjelang Indonesia merdeka.

Setelah membaca kedua babad itu, saya tertarik menelusuri jejaknya. Jejak penulis dan pemilik naskahnya. Yakni Raden Mertadiredja dan Raden Wirjaatmadja.

Babad Banyumas Mertadiredjan aslinya milik keluarga Adipati Banyumas, Mertadiredjan. Diperkirakan ditulis pada masa awal Adipati Mertadiredja I menjadi Wedana Bupati Kanoman Banyumas, kisaran tahun 1816 sampai tahun 1824. Namun penulisnya tidak diketahui.

Naskah itu kemudian dikenal ketika menjadi milik cucunya, Adipati Mertadiredja III, yang Bupati Banyumas pada tahun 1879-1913.

Sang kakek, Adipati Mertadiredja I adalah cucu Bupati Banyumas kesembilan, Tumenggung Yudanegara III, dari anak yang bernama Raden Mertawijaya. Raden Mertawijaya adalah Ngabehi Singasari yang bertempat tinggal di Kedungrandu, Patikraja. Raden Mertawijaya meninggal dunia ketika sang anak masih kecil.

Dari kecil, Mertadiredja I sudah mondok di pesantren Krakal, Kebumen. Setelah remaja mengabdi di Keraton Surakarta. Secara berjenjang kemudian mendapatkan jabatan dalam pemerintahan. Sampai akhirnya diangkat menjadi Wedana Bupati Kanoman Banyumas. Mertadiredja I meninggal pada 23 September 1830, dimakamkan di Kebutuh, Sokaraja.

Meskipun trah Adipati Mrapat, namun Mertadiredja I tidak dimakamkan di Astana Dawuhan. Hal yang sebenarnya ganjil, karena Astana Redi Bendungan Dawuhan adalah makam para bupati Banyumas.

Konon, hal itu terjadi karena adanya persaingan antara Wedana Bupati Kasepuhan dan Wedana Kanoman Banyumas. Wedana Bupati Kasepuhan seolah memiliki hak atas makam Dawuhan, hingga Bupati Kasepuhan dimakamkan di Dawuhan. Sementara Wedana Kanoman Banyumas tersingkir dari makam yang dibangun oleh leluhur mereka.

Maka, meskipun Mertadiredja I meninggal di kota Banyumas, namun dimakamkan di Kebutuh, Sokaraja. Padahal dari kota Banyumas ke makam Dawuhan tinggal ke barat sedikit. Lebih jauh ke Sokaraja karena harus ke utura dengan jalan mendaki menanjak di sepanjang Kaliori sampai Kalibagor.

Kelak, anaknya, Mertadiredja II, juga tidak dimakamkan di Dawuhan. Melainkan membangun makam sendiri di Kalibogor, Purwokerto. Mertadiredja II adalah ayah dari Mertadiredja III, yang dikenal sebagai pendiri kota Purwokerto.

Setelah mengetahui kakek dan ayahnya, saya kemudian menelusuri jejak sejarah Mertadiredja III. Sosok yang menjadi pewaris Babad Banyumas Mertadiredjan.

Setelah Belanda menjajah Banyumas pada 1831, Wedana Bupati Kasepuhan dan Kanoman Banyumas dihapuskan. Sebelumnya, Adipati Mertadiredja III diangkat menjadi Bupati Purwokerto pada tahun 1860, menggantikan ayahnya sang pendiri kota Purwokerto, Mertadiredja II. Namun kemudian dipindah menjadi Bupati Banyumas pada tahun 1879.

Menjelang pensiun, pada tahun 1901, Mertadiredja III membangun rumah pribadi di sebelah timur Kabupaten. Rumah dengan tanah seluas 432 ubin, atau 6.000 meter, yang sekarang dikenal sebadan Dalem Pangeranan.

Di Dalem Pangeranan itulah Babad Banyumas Mertadiredjan tersimpan sekian lama. Sampai kemudian pada tahun 1904 disalin oleh Raden Natahamijaya, Carik Jaksa Magetan, atas perintah Asisten Residen Magetan, J. Knebel. Naskah yang kemudian dikenal sebagai “Tedhakan Serat Babad Banyumas” dan menjadi koleksi Museum Batavia.

Mertadiredja III meninggal pada 19 Maret 1927, setelah menjadi bupati selama 53 tahun. Sama seperti kakeknya, walaupun meninggal di kota Banyumas, sang bupati juga tidak dimakamkan di Dawuhan. Melainkan dimakamkan bersama ayahnya, Mertadiredja II, di Pesareyan Keluarga Meradiredjan, Kalibogor, Purwokerto.

Kategori:Babadan
SEUWISE

Nabi Adam dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

“Babad Banyumas Mertadiredjan” mengawali penuturannya dengan mencatat silsilah dinasti Banyumas yang berujung pada Nabi Adam. Bahwa dari Nabi Adam menurunkan banyak nabi dan dewa, salah satunya adalah Nabi Sis dan Sang Hyang Sis. Keturunan Sang Hyang Sis lah yang kemudian…
WACA
SEDURUNGE

Babad Banyumas Mertadiredjan

“Serat Babad Banyumas Mertadiredjan” adalah salah satu versi naskah Babad Banyumas. Disebut “Babad Banyumas Mertadiredjan” karena naskah aslinya milik Adipati Mertadiredja I, Wedana Bupati Kanoman Banyumas, yang kemungkinan ditulis pada masa pemerintahannya, kisaran tahun 1816 sampai 1824. Naskah itu kemudian…
WACA
LIYANE

Dari Naskah Kuno Ke Dongeng Anak

Wilayah Banyumas memiliki banyak naskah babad. Nassirun Purwokartun, budayawan Banyumas, sejak tahun 2014 telah mengumpulkan sebanyak 100-an naskah. Naskah-naskah yang ditulis tangan dalam huruf Jawa hingga huruf Latin. Dari yang masih berbentuk tembang Jawa sampai yang sudah berbentuk prosa. Sayangnya,…
WACA
LIYANE

Yang Menarik dari Babad Banyumas Mertadiredjan

“Babad Banyumas Mertadiredjan” adalah satu-satunya naskah Babad Banyumas yang memuat sejarah kiri. Yakni silsilah sejak Nabi Adam sampai leluhur dinasti Wirasaba dan Banyumas. Menceritakan secara lebih utuh tentang leluhur Banyumas, sejak jaman Kerajaan Majapahit hingga Pajajaran, meliputi kisah Raden Baribin,…
WACA
LIYANE

Babad Pasirluhur dan Lahirnya Kota Purwokerto

Awalnya saya sudah menjaga diri untuk tidak tertarik membaca Babad Pasir. Karena saya orangnya gampang penasaran. Repotnya, kalau sudah penasaran maka sulit untuk tidak menelisik lebih jauh demi mencari jawaban. Dulu, tahun 2000, ketika saya masih di Solo, saya tertarik…
WACA
LIYANE

Pentingnya Membaca Babad Banyumas Dari Sumber Naskah Aslinya

Setahu saya, pengarang sangat menghindari pengulangan kata dalam setiap kalimat yang ditulisnya. Juga sangat menghindari pengulangan kalimat dalam paragraf yang dituliskan dalam satu alineanya. Apalagi para pujangga, penulis tembang Jawa, para pengarang jaman dulu yang harus tunduk pada aturan lagu…
WACA
  1. Suami sy cucu turunan langsung dari Tum Roeslam Djajadiwira,putra dari djajadiredja(turunan lansung Mertadiredja I),smtr Istri Bp Tum Roeslam adalah Putri dari Mertadiredja III

    1. Berarti masih keturunan orang Kedungrandu, Patikraja bu, karena Ngabehi Mertawijaya ayah dari Mertadireja adalah orang Kedungrandu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Babad Banyumas - Rujukan Utama Sejarah Banyumas.