“Babad Banyumas Mertadiredjan” mengawali penuturannya dengan mencatat silsilah dinasti Banyumas yang berujung pada Nabi Adam.
Bahwa dari Nabi Adam menurunkan banyak nabi dan dewa, salah satunya adalah Nabi Sis dan Sang Hyang Sis.
Keturunan Sang Hyang Sis lah yang kemudian menjadi penguasa Tanah Jawa. Turun temurun, berlanjut terus hingga akhirnya ke dinasti Banyumas.
Kisah dalam “Babad Banyumas Mertadiredjan” ditulis dalam bentuk tembang Macapat. Dan tembang pembukanya adalah Dhandhanggula.
“Ing sarkara kang sinawung gendhing, sujarahe kang para narendra, Nusa Jawa sadayane, kang mengkoni kaprabun, amurwani ing Tanah Jawi, putra Jeng Nabi Adam, Hyang Esis puniku. Sampun kaliru ing tampa, Sang Hyang Esis kalawan Jeng Nabi Esis, yekti loro nyatane.”
Untuk selanjutnya, saya tulis terjemahan saya saja. Tidak saya sertakan naskah asli dalam bahasa Jawanya. Agar pembaca lebih bisa menikmati Babad Banyumas sebagai buku bacaan.
Selamat membaca.
Dari Nabi Adam Sampai Para Dewa Hingga Prabu Gendrayana
Dikisahkan sejarahnya para penguasa di Pulau Jawa. Tokoh yang awal mula menguasai kerajaan di Tanah Jawa adalah putra Nabi Adam, Sang Hyang Sis namanya.
Jangan sampai salah sebut. Sang Hyang Sis dan Nabi Sis adalah sosok yang berbeda.
Nabi Sis menurunkan para nabi, sedangkan Sang Hyang Sis menurunkan para dewa. Kahyangan adalah kerajaannya.
Dahulu kala asal mulanya Sang Hyang Sis diangkat anak oleh Ijajil laknat. Karena itulah Sang Hyang Sis diangkat juga menjadi dewa. Wujudnya tidak kelihatan. Pekerjaannya berkeliling gunung. Tidak bergaul dengan manusia.
Sang Hyang Sis bergelar Sang Hyang Manikmaya. Tempatnya adalah Kahyangan Tempuh Ijo. Mempunya anak bernama Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan anak bernama Sang Hyang Nur Rasa. Keturunannya adalah Sang Hyang Wenang, yang beranak Sang Hyang Tunggal.
.
Sang Hyang Tunggal mempunyai anak bernama Sang Hyang Guru. Anak Sang Hyang Guru berjumlah lima. Anak yang sulung bernama Sang Hyang Sambo, yang kedua Sang Hyang Brama, yang ketiga Sang Hyang Mahadewa, yang keempat Sang Hyang Wisnu, yang bungsu adalah Sang Hyang Sri.
Sang Hyang Wisnu menjelma manusia. Dan jelmaannya menjadi penguasa. Menjadi raja di Tanah Jawa
Sang Hyang Brahma mempunyai anak bernama Bramani. Bramani mempunyai anak bernama Estridusta. Estridusta mempunyai anak bernama Wariganem. Wariganem mempunyai anak bernama Raden Manongsa.
Raden Manongsa turun ke bumi menjelam menjadi manusia, kemudian menikah dengan bangsa manusia
Raden Manongsa mempunyai anak bernama Sakutrem. Sakutrem kemudian mempunyai anak bernama Begawan Sakri. Begawan Sakri kemudian mempunyai anak bernama Begawan Palasara. Begawan Palasara kemudian mempunyai anak bernama Begawan Begawan Abiyasa.
Begawan Abiyasa kemudian mempunyai anak berjumlah tiga orang. Anak yang tertua bernama Destarata, anak kedua bernama Pandu Dewanata, dan anak ketiga adalah Yamawidura.
Destarata mempunyai anak bernama Prabu Suyudana. Pandu Dewanata kemudian menjadi raja Astina. Ketika itu Pandu sudah mempunyai anak, Pandawa sebutan untuk lima anaknya.
Anak tertua bernama Yudistira, Raja Amarta. Werkudara anak kedua. Arjuna anak urutan tengah. Nakula dan Sadewa adalah anak bungsunya.
Dikisahkan Sang Pandu sebagai raja Astina setelah meninggal digantikan takhtanya oleh Sang Kurupati atau Prabu Suyudana.
Yudistira yang menjadi raja di negara Amarta. Werkudara raja di Jodipati. Arjuna raja di Madukara. Sang Arjuna berputra Raden Abimanyu. Abimanyu berputra Parikesit. Parikesit berputra Raden Gendrayana.