Ada Apa Di Dalam Babad Banyumas?

March 14, 2022 ·

Buku “Babad Banyumas” koleksi Dokter Angka, seorang pahlawan nasional, pendiri Boedi Oetomo, yang merupakan bangsawan Banyumas.

Sebagaimana layaknya babad, dalam Babad Banyumas tentu ada kisah, ada cerita, ada peristiwa.

Babad adalah buku sejarah tradisional. Namun, dari cerita di dalam babad-lah kisah sejarah menjadi menyebar di tengah masyarakat. Tersebar luas menjadi cerita tutur rakyat. Membumi menjadi kisah yang lebih diingat dan dikenang daripada sekadar sebagai bacaan.

Dalam Babad Banyumas cerita tutur yang tercatat di antaranya adalah tentang asal-usul leluhur dinasti Banyumas. Sebuah kisah panjang yang menjadi dongeng keluarga. Bahkan menjadi dongeng masyarakat Banyumas, menjadi pengantar tidur dari generasi ke generasi.

Kisah yang pertama adalah tentang Raden Baribin. Seorang bangsawan Majapahit, adik Raja Majapahit, yang diusir oleh sang kakak karena dikhawatirkan akan memberontak. Kemudian menyelamatkan diri ke Pajajaran, menjadi menantu Raja Pajajaran.

Kisah kedua adalah tentang Raden Katuhu. Anak sulung Raden Baribin yang mengembara ke timur, ke wilayah perbatasan Majapahit dan Pajajaran. Sebagai pengembara yang mengabdi di kadipaten Wirasaba. Kemudian dijadikan anak angkat adipati, lalu mendapat anugerah menggantikan kedudukan.

Kisah ketiga adalah tentang Jaka Kaiman. Cucu Raden Baribin, anak Raden Banyaksasra, keponakan Raden Katuhu. Sang cucu mengembara ke Wirasaba, menjadi anak angkat bibinya, Rara Ngaisah, adik bungsu Raden Katuhu. Bernasib baik, setelah menjadi abdi di Kadipaten Wirasaba, kemudian diangkat menjadi menantu adipati, lalu menggantikan kedudukannya.

Kisah keempat adalah tentang Ki Tolih. Seorang patih dari Kerajaan Bonokeling. Patih yang diperintahkan rajanya untuk membunuh Raja Majapahit. Alasan pembunuhan karena dendam lama dari raja Bonokeling, sebagai keturunan Ciung Wanara.

Pada akhir kisah, Ki Tolih gagal menjalankan perintah rajanya. Kemudian bertobat. Lalu menjadi sosok yang disegani, bahkan menjadi ayah angkat Jaka Kaiman.

Kisah-kisah dalam Babad Banyumas sudah ditulis ulang menjadi dongeng anak. Dibukukan agar para orang tua bisa kembali mendongengkannya.

Banyak lagi kisah yang tertulis dalam Babad Banyumas. Namun, dari banyak cerita yang tercatat, empat kisah itulah yang dulu selalu jadi dongeng pengantar tidur. Termasuk saya pun mendapatkan kisah itu dari dongeng yang disampaikan ibu dan nenek saya.

Sementara sekarang, kebiasaan mendongeng sudah punah. Baik yang mendongengkan, para orang tua, yang sudah malas karena banyaknya acara sinetron di televisi. Juga anak-anak yang sudah malas mendengarkan dongeng dari orang tuanya. Menurut mereka, ceritanya tidak semenarik film-film unduhan dari internet.

Maka, membaca Babad Banyumas kemudian mendongengkannya sepertinya perlu dibudayakan lagi. Sebagai langkah penanaman karakter teladan para leluhur bagi generasi nanti.

Ilustrasi dari buku “Sebuah Pendopo di Lembah Serayu” karya Ratmini yang menggambarkan tengah mendongengkan Babad Banyumas pada cucu-cunya. Ratmini adalah seorang bangsawan Banyumas, cucu Bupati Banyumas, Pangeran Aria Gandasubrata.

Langkah itu sudah diawali oleh Ratmini Soedjatmoko Gandasubrata. Ia mendongengkan kisah-kisah dalam Babad Banyumas kepada cucu-cucunya, yaitu Nana, Isna, Galuh, Danya, Banu, Sami, dan Liam. Dongeng yang kemudian diterbitkan dalam buku “Sebuah Pendopo di Lembah Serayu”.

Kategori:Wacanan
SEUWISE

Dari Penangsang Ke Babad Banyumas

Kok bisa habis nulis novel Penangsang kemudian belok ke Babad Banyumas? Padahal novel Penangsang setting-nya pusat kekuasan Jawa, dari Demak sampai Pajang, sesuatu yang saya suka pelajari konfliknya. Sementara Babad Banyumas hanyalah kisah dari pinggiran, yang konfliknya tidak akan mempengaruhi…
WACA
SEDURUNGE

Bale Pustaka, Tempat Tepat Bahas Babad Banyumas

Setelah mendapatkan buku Babad Banyumas, baik yang versi tembang (puisi) maupun versi gancaran (prosa), saya kemudian terpikir menerjemahkannya. Babad Banyumas ditulis dalam huruf Jawa, sementara generasi muda sekarang sudah tidak bisa baca aksara Jawa. Bahkan mereka pun sudah kurang akrab…
WACA
LIYANE

Menovelkan Kisah Babad Banyumas

Buku Babad Banyumas terjemahan saya, baik Mertadiredjan maupun Wirjaatmadjan, diterbitkan lengkap dengan latin Jawanya. Naskah Babad Banyumas Mertadiredjan aslinya berupa tembang Macapat (puisi). Naskah Babad Banyumas Wirjaatmadjan aslinya berupa gancaran (prosa). Dalam tata letak bukunya, naskah asli di halaman kiri…
WACA
LIYANE

Merayakan 450 Tahun Banyumas

Untuk memperingati hari jadi KABUPATEN BANYUMAS yang ke-450 tahun pada 22 Pebruari 2021, sebagai putra Banyumas saya ingin turut serta merayakannya. Karena saya penulis, saya merayakannya dengan menulis buku-buku tentang sejarah Banyumas. Saya menerbitkan buku sejumlah 4 + 5 +…
WACA
LIYANE

Babad Pasirluhur dan Lahirnya Kota Purwokerto

Awalnya saya sudah menjaga diri untuk tidak tertarik membaca Babad Pasir. Karena saya orangnya gampang penasaran. Repotnya, kalau sudah penasaran maka sulit untuk tidak menelisik lebih jauh demi mencari jawaban. Dulu, tahun 2000, ketika saya masih di Solo, saya tertarik…
WACA
LIYANE

Macapat Babad Banyumas

Pada masa dulu, pembacaan macapat menjadi jalan memasyarakatkan Babad Banyumas. Karena itulah, setelah menerbitkan buku “Babad Banyumas Mertadiredjan”, kami tergerak menerbitkan “Macapat Babad Banyumas”. Buku ini adalah pelatinan dari “Serat Babad Banyumas Mertadiredjan”. Sebuah bacaan yang awalnya ditulis dalam aksara…
WACA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Babad Banyumas - Rujukan Utama Sejarah Banyumas.