Asal Mula Penguasa Laut Selatan Dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

March 17, 2022 ·

Naskah salinan “Serat Babad Banyumas” yang kemudian dikenal dengan nama “Tedhakan Serat Babad Banyumas”seperti tertulis dalam sampulnya.

Setelah mengisahkan Nabi Adam dan Prabu Jayabaya, “Serat Babad Banyumas” kemudian menceritakan tentang para penguasa Tanah Jawa.

Bermula dari Raja Jenggala yang kemudian menurunkan raja-raja Galuh di kerajaan Pajajaran. Bahwa dari sosok legendaris Raden Panji Asmarabangun, kemudian menurunkan Raden Laleyan.

Dari Raden Laleyan inilah kisah bermula. Karena sebuah bencana membuatnya harus pindah kekuasaan. Maka, di Galuhlah ia melanjutkan kekuasaan dengan menjadi menantu Raja Galuh.

Dari Kerajaan Galuh mala lahirlah Munding Sari. Dari Munding Sari lahirlah Munding Wangi. Kemudian dari Munding Wangi lahirlah Raja Pajajaran yang sangat terkenal, Prabu Silih Wangi.

Prabu Silih Wangi lah yang kemudian menurunkan beberapa anak. Anak pertama adalah yang menjadi penguasa Laut Selatan.

Dalam Babad Banyumas dituliskan:

“Pambayun miyos pawestri, warnanira yu luwih, sang Dyah martapa ing gunung, tapa ing Gunung Kumbang. Wus gentur amati ragi, pan katrima sang ayu subratanira, winonwong Hyang Jagad Nata, dadya ratuning dhedhemit, angalih karatonira, samodra kidul linuwih.”

“Anak sulung perempuan, cantik rupawan wajahnya. Sang Putri suka bertapa di gunung, bertempat di Gunung Kumbang. Sudah kuat mematikan raga hingga diterima bertapanya. Dilindungi oleh Sang Penguasa Semesta menjadi rajanya para makhluk halus. Berpindah kerajaannya, Laut Selatan tempatnya.”

Bahkan, yang menarik, dari naskah “Serat Babad Banyumas” ini, keturunan Prabu Silih Wangi juga yang menjadi leluhur orang Belanda.

“Rinya malih kang winuwus, nenggih samya wanodya, nandhang cintraka dewi. Gerah budhug wus tan kena ingusadan. Binuwang marang kang rama, ing Pulo Udrus ing nguni. Pinupu nangkoda Holan, ingusadan sang adewi, waluya kang sesakit. Ingambil garwa sang ayu, lajeng binekta layar, mantuk mring nagri Walandi. Saturune pan dadi bangsa Walanda.”

“Adiknya yang kemudian diceritakan. Seorang perempuan juga, namun menderita penyakit dia. Sakit kulit yang tak lagi bisa terobati. Dibuang dia oleh sang ayah di Pulau Idrus. Dipungut oleh pelaut Belanda, diobatilah sang dewi. Lalu diambil menjadi istri, kemudian dibawa berlayar pulang ke Negeri Belanda. Keturunannya pun menjadi bangsa Belanda.”

Untuk selanjutnya, saya tulis terjemahan saya atas naskah “Serat Babad Banyumas Mertadiredjan”.

Sengaja tidak saya sertakan naskah asli dalam bahasa Jawanya. Agar pembaca lebih bisa menikmati Babad Banyumas sebagai buku bacaan.

Selamat membaca.

Dari Jenggala Ke Pajajaran

Ilustrasi Raden Laleyan bersama Ki Prasanta dan Prajodeh.

Sang raja Jenggala ketika itu sudah berputra. Banyak jumlah anak sang raja.

Anak yang menggantikan takhta sang ayah adalah Raden Panji Asmarabangun atau Raden Panji Rawisrengga.

Kala itu Rawisrengga sudah berputra bernama Raden Laleyan. Sang anak kemudian menggantikan sang ayah menjadi raja di Jenggala.

Tak lama menjadi raja ia mendapat cobaan dari Sang Maha Kuasa. Sebuah bencana besar datang. Gunung-gunung runtuh, hujan salah musim datang, bergantian gerhana bulan dan matahari.

Wabah penyakit datang besar-besaran. Banyak orang yang menderita sakit. Rakyat yang mati tak terbilang jumlahnya. Tak lagi bisa diobati.

Sang Raja kemudian bertapa, meminta petunjuk Yang Kuasa. Hingga kemudian terdengar suara agar ia memindahkan kerajaannya.

Seorang penasehatnya, yang selama ini menjadi pengasuh sang raja, Ki Prasanta, dipanggil segera menghadnya.

Sang raja kemudian bercerita tentang alasan memanggilnya. Yaitu karena sang raja akan berkeliling bumi.

Sang raja kemudian berpesan pada Ki Prasanta agar mengajak Ki Prajodeh.

Prasanta sedih mendengarnya. Sang raja pun ditangisinya. Kemudian berkata, “Bagaimana ini wahai sang raja? Paduka akan meninggalkan istana? Akan pergi ke mana saja, hidup mati saya turut serta….”

Sang raja menjawab, “Sekarang ayo kita berangkat. Jangan ragu-ragu melangkah lagi. Sudah wajar kebahagiaan bermula kesengsaraan.”

Ki Jodeh dan Ki Prasanta mengiring di belakang sang raja Jenggala.

Mereka pergi sudah setengah bulan lamanya.

Alkisah singkat cerita, sampailah mereka di Kerajaan Galuh.

Karena tergoda seorang perempuan, Putri Galuh yang sangat cantik, yang kemudian dijadikan istri. Perempuan yang sangat mempesona.

Dikisahkan sang raja Jenggala kemudian berputra. Munding Sari namanya.

Mundingsari naik takhta menjadi raja, beribukota di Pajajaran. Kala itu sudah berputra bernama Munding Wangi.

Munding Wangi kemudian menggantikan kedudukan ayahnya bertakhta di Pajajaran. Munding Wangi juga sudah berputra, seorang pemuda tampan dan bersahaja bernama Silih Wangi.

Silih Wangi kemudian menggantikan sang ayah menjadi raja. Banyak jumlah anaknya.

Ilustrasi Ratu Laut Selatan yang dikenal dengan nama Nyai Rara Kidul. Gambar unduhan dari internet.

Anak sulung perempuan, cantik rupawan wajahnya. Sang Putri suka bertapa di gunung, bertempat di Gunung Kumbang. Sudah kuat mematikan raga hingga diterima bertapanya. Dilindungi oleh Sang Penguasa Semesta menjadi rajanya para makhluk halus. Berpindah kerajaannya, Laut Selatan tempatnya.

Adiknya, seorang perempuan juga, namun menderita penyakit kulit yang tak lagi bisa terobati. Hingga dibuang oleh sang ayah ke Pulau Idrus. Lalu dipungut oleh pelaut Belanda.

Diobatilah sang dewi, lalu diambil menjadi istri. Kemudian dibawa berlayar pulang ke Negeri Belanda. Keturunannya pun menjadi bangsa Belanda

Kategori:Mertadiredjan
SEUWISE

Prabu Brawijaya Dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan keturunan Raja Pajajaran, “Serat Babad Banyumas” kemudian menceritakan tentang keturunan Raja Majapahit. Bermula dari Raja Pajajaran yang mempunyai anak bernama Jaka Suruh, yang kemudian menjadi Raja Majapahit bergelar Prabu Brawijaya. Dikisahkan, Prabu Brawijaya mempunyai anak bernama Raden Brakumara.…
WACA
SEDURUNGE

Prabu Jayabaya dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Setelah mengisahkan keturunan Nabi Adam, “Serat Babad Banyumas” kemudian menceritakan tentang awal mula manusia di bumi. Bermula dari Raden Manongsa yang turun ke bumi, kemudian turun temurun, sampai lahirlah Raden Parikesit. Dari Parikesit lahirlah Prabu Gendrayana. Nah, dari Prabu Gendrayana…
WACA
LIYANE

Dimana Wirasaba?

Nama Wirasaba sudah saya dengar sejak belia. Sejak pertama menyaksikan ketoprak tobong dengan lakon “Geger Wirasaba” yang dilanjut “Jaka Kaiman Winisuda”. Dulu, dua lakon itu digelar bergantian di balai desa kampungku. Hari pertama “Geger Wirasaba” yang mengisahkan kematian Adipati Wirasaba,…
WACA
LIYANE

Dongeng Banyumas

Serial Dongeng Babad Banyumas. Babad adalah kumpulan cerita-cerita dongeng. Dikisahkan secara turun temurun hingga menjadi legenda. Namun sekarang cerita-cerita babad telah hilang dari ingatan masyarakat, karena tidak ada lagi yang mengisahkannya. Padahal dengan mendongengkan babad, pewarisan sejarah leluhur terbukti terjaga…
WACA
LIYANE

Adipati Pertama Wirasaba dalam Babad Banyumas Mertadiredjan

Awal mula Kabupaten Banyumas berasal dari kadipaten bernama Wirasaba. Karena dari Wirasaba lah kemudian beralih menjadi kadipaten baru bernama Banyumas. Setelah mengisahkan tentang Prabu Brawijaya sebagai raja Majapahit, Serat Babad Banyumas melanjutkan penuturannya dengan keberadaan Kadipaten Wirasaba. Dicatat dalam babad,…
WACA
LIYANE

Pemburu Pertama Babad Banyumas

Wawancara Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M.Hum, 27 Tahun Berburu Babad Banyumas. Sepanjang berburu Babad Banyumas, saya tidak menemukan sosok lain yang menaruh perhatian penuh pada Babad Banyumas, selain Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M. Hum. Maka, sejak pertama mengenal namanya pada…
WACA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Babad Banyumas - Rujukan Utama Sejarah Banyumas.